Pemerintah berencana menyuntikkan modal kepada PT Waskita Karya (Persero) Tbk senilai total Rp 10,9 triliun di tengah upaya restrukturisasi utang. BUMN konstruksi ini akan memperoleh Penyertaan Modal Negara (PMN) senilai Rp 7,9 triliun pada 2021 dan Rp 3 triliun pada 2022.
Dana dari kantong pemerintah itu diberikan sebagai penguat permodalan yang akan digunakan untuk penyelesaian tujuh ruas jalan tol. Waskita membutuhkan modal besar setelah mengambilalih sejumlah proyek tol bernilai jumbo di masa lalu.
Waskita ditugaskan oleh pemerintah untuk mengambil alih tol-tol di Trans-Jawa milik swasta yang mangkrak atau lambat penyelesaiannya pada 2015-2016. Akibatnya, saat ini Waskita memiliki utang mencapai Rp 90 triliun, termasuk kepada vendor.
Menanggapi kucuran modal tersebut, Senior Vice President Corporate Secretary Waskita Karya Ratna Ningrum mengatakan, perusahaan akan menggunakan PMN untuk memperkuat struktur permodalan yang saat ini dalam proses restrukturisasi keuangan.
"Dengan struktur modal yang kuat, maka Waskita akan dapat menyelesaikan ruas-ruas tol investasi serta mengembalikan kinerja dan kondisi keuangan perusahaan," katanya kepada Katadata.co.id, Rabu (14/7).
Selain berdampak baik bagi Waskita, menurut Ratna, PMN juga diproyeksi dapat memberi manfaat positif bagi perekonomian nasional.
Ke depan, Waskita akan berfokus pada proses tender proyek-proyek untuk sisa dari target kontrak baru. Tahun ini, Waskita mempunyai target kontrak baru sebesar Rp 26 triliun.
Pada paruh kedua tahun ini, proyek yang disasar Waskita meliputi proyek jalan dan jembatan 40%, proyek infrastruktur sumber daya air 16%, proyek gedung 19%, serta proyek EPC dan anak perusahaan 25%.
Guna mencapai target tersebut, Waskita mengikuti tender proyek yang diselenggarakan, baik oleh pemerintah, BUMN, swasta, dan proyek luar negeri. Total nilai Rp 42 triliun selama 6 bulan ke depan. Kini, nilai tender berjalan yang tengah diikuti Waskita mencapai Rp 20 triliun.
Waskita mencanangkan target tingkat kemenangan tender sebesar 35%-37%. "Dalam proses tender, Waskita juga mengangkat keunggulan teknologi serta sumber daya yang dimiliki perusahaan," kata Ratna.
Analis Mirae Asset Sekuritas Joshua Michael menilai suntikan dana tambahan dari PMN memang bisa membuat posisi neraca keuangan Waskita membaik. Meski begitu, perbaikan neraca keuangan dengan suntikan sekitar Rp 10,9 triliun tidak terlalu signifikan.
"Tidak terlalu signifikan, melihat interest bearing debt Waskita yang saat ini berjumlah sekitar Rp 60 triliun. Divestasi tol tetap menjadi kunci utama pemulihan kinerja Waskita," kata Joshua kepada Katadata.co.id.
Kementerian BUMN dan Waskita memang sedang melakukan strategi pengurangan utang dengan melakukan proses divestasi di ruas-ruas jalan tol yang sudah diselesaikan. Waskita memiliki 18 ruas, terdiri dari 5 ruas dari proyek Waskita dan 13 ruas merupakan proyek yang diakuisisi dari swasta.
Sampai saat ini, sudah ada 5 ruas yang berhasil dijual, baik kepada investor asing maupun domestik. Waskita pun sedang melakukan proses divestasi lagi pada 6 ruas yang diharapkan bisa selesai sampai akhir tahun ini.
Apabila seluruh ruas bisa diselesaikan seluruhnya, maka utang Waskita yang sekitar Rp 90 triliun akan turun setengahnya. Pasalnya, berdasarkan perhitungan Kementerian BUMN, total pengurangan tingkat utang setelah divestasi mencapai Rp 46 Triliun.
Analis NH Korindo Sekuritas Ajeng Kartika Hapsari mengatakan, secara umum penambahan modal melalui PMN memang bisa membantu penyelesaian proyek pemerintah yang mungkin tertunda karena arus kas yang tersendat.
Namun, perolehan kontrak baru yang didapat Waskita pada 2020, hanya 17,5% saja yang berasal dari pemerintah. Sisanya berasal dari sesama BUMN, swasta dan business development. "Jadi masih ada proyek-proyek dalam order book yang perlu untuk dikerjakan, di luar proyek pemerintah," kata Ajeng kepada Katadata.co.id.
Selain itu, melihat dari rasio utang terhadap ekuitas alias debt to equity ratio (DER) milik Waskita, saat ini sudah sebesar 3,76 kali. Dengan injeksi modal dari PMN, dengan asumsi tidak menambah utang, hanya akan menurunkan DER di kisaran 2,6 kali.
"DER tersebut, masih lebih tinggi dari DER industri yang ada di kisaran 1,9 kali," kata Ajeng menjelaskan.
Ia menilai, suntikan PMN kepada BUMN karya secara umum memang bisa membantu menyelesaikan proyek infrastruktur. Tapi menurutnya, pemberian PMN tiap tahun menjadi kurang tepat. Masing-masing BUMN Karya harus mampu kembali menyehatkan neracanya sendiri.
"Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan divestasi aset, untuk mengurangi rasio utang yang sudah tinggi saat ini," kata Ajeng.