PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk berfokus pada penerbangan berbasis kargo selama pandemi Covid-19 masih berlangsung. Saat ini, jumlah kargo yang diangkut dalam setiap kali penerbangan dinilai sangat tinggi, yakni mencapai 25 ton per penerbangan.
"Jadi, rata-rata pesawat besar kami yang ke luar negeri, terisi di atas 25 ton kargo setiap kali penerbangan," kata Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra seperti dalam konferensi pers yang digelar Jumat (13/8).
Irfan mengatakan, prospek bisnis kargo emiten berkode saham GIAA ini sangat baik dan ada peningkatan jumlah kargo per penerbangan. "Beberapa penerbangan internasional kami, baik itu ke Tiongkok maupun tempat-tempat lain, saat ini diisi cukup banyak oleh kargo," katanya.
Irfan mengaku terus memonitor strategi ini untuk memastikan semua rute yang diterbangi maskapai milik negara ini betul-betul mendatangkan keuntungan berbasis kargo untuk saat ini.
"Karena kami tentu saja belum bisa mengharapkan isian penumpang yang maksimal," ujar Irfan.
Berdasarkan laporan keuangan triwulan I-2021, pendapatan Garuda totalnya mencapai US$ 353,07 juta atau setara Rp 5,11 triliun (kurs: Rp 14.500). Pendapatan tersebut anjlok hingga 54,03% dibandingkan periode sama tahun lalu senilai US$ 768,12 juta.
Mayoritas pendapatan berasal dari penumpang penerbangan berjadwal senilai US$ 183,35 juta per Maret 2021. Sayangnya, pendapatan tersebut mengalami penurunan 68,62% dari triwulan I-2020 US$ 584,21 juta.
Di tengah penurunan itu, bisnis angkutan kargo Garuda Indonesia mampu membukukan pendapatan mencapai US$ 94,87 juta dalam tiga bulan pertama tahun ini. Capaian tersebut mengalami peningkatan hingga 34,94% secara tahunan dari US$ 70,31 juta.
Selain itu, pendapatan dari penerbangan tidak berjadwal Garuda Indonesia berupa charter pesawat, mencapai US$ 22,78 juta pada triwulan I-2021. Pendapatan dari aktivitas bisnis tersebut mampu tumbuh 328% dari US$ 5,31 juta.