Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mendorong perusahaan pelat merah berinvestasi di startup. Ini meskipun beberapa perusahaan rintisan, termasuk unicorn, membukukan kerugian.
Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga menyampaikan, investasi perusahaan pelat merah di startup harus berdasarkan perhitungan bisnis yang matang. "Dipilih dengan baik," katanya dalam sesi bincang dengan media secara virtual, Selasa (5/10).
Akan tetapi, BUMN tidak seharusnya menunggu startup untung, baru disuntik modal. Menurutnya, perusahaan milik negara perlu melihat langkah investor asing.
"Apakah investor asing tidak khawatir uangnya hilang? Kan sudah dihitung secara bisnis. Memang kami tidak mampu menghitung secara bisnis? Kan kami mampu," kata Arya.
Ia optimistis, peluang lewat berinvestasi di startup akan mendatangkan keuntungan yang sangat besar di kemudian hari. Oleh karena itu, BUMN tidak bisa menunggu perusahaan rintisan untung terlebih dulu.
Arya justru khawatir, jika BUMN berinvestasi saat startup untung, harganya sudah tidak masuk dalam hitungan bisnis. “Kita masuk, sudah tidak ada artinya lagi,” ujar dia.
Untuk itu, Kementerian BUMN gencar mendorong perusahaan berpelat merah berinvestasi di startup. Utamanya, setelah sejumlah startup telah dikuasai oleh investor asing.
Ia menilai bahwa BUMN paling berpotensi untuk menanamkan modal ke startup. Dengan begitu, kepemilikan lokal bisa terjaga. "Kami ini kecewa, ternyata sejumlah startup dikuasai oleh asing sekarang," kata Arya.
Oleh karena itu, kementerian berencana memperkuat lima modal ventura di bawah BUMN. Walaupun, ia belum merencanakan secara rinci terkait langkah ini.
Arya mengatakan, Erick Thohir masih mencari cara agar modal ventura tersebut bisa berfokus memilah startup yang punya peluang besar untuk tumbuh. Perusahaan rintisan yang diincar, bukan sekadar finansial teknologi (fintech) atau e-commerce.
Perusahaan pelat merah melihat startup yang punya ciri khas Indonesia dan memang dibutuhkan oleh masyarakat secara umum. Ia mencontohkan startup sektor pertanian atau edukasi.
Sebelumnya, Erick Thohir memperkirakan bahwa jumlah startup Indonesia yang berstatus unicorn mencapai 25 dalam beberapa tahun ke depan. Unicorn merupakan sebutan untuk startup dengan valuasi di atas US$ 1 miliar.
"Potensinya ada,” kata Erick dalam sesi wawancara di kantornya, Jakarta, Kamis (23/9). “Seharusnya bisa menjadi 25 untuk berapa tahun ke depan.”
Jika itu terwujud, maka dampak positifnya akan besar terhadap perekonomian bangsa. Ia mencontohkan, kehadiran puluhan unicorn bakal membuka lebih banyak lapangan pekerjaan, mengembangkan teknologi, dan menyasar pasar luar negeri.
Oleh karena itu, BUMN mendukung pertumbuhan startup. Caranya, dengan membentuk modal ventura yang kemudian berinvestasi di perusahaan rintisan.
Ia menyebutkan, BUMN sudah berinvestasi di 50 startup. "Kami akan mendukung besar-besaran startup di Indonesia dengan kekuatan investasi,” kata Erick.
Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Mandiri, dan Telkomsel masing-masing berinvestasi di 15 startup. Kemudian Bank Negara Indonesia (BNI) menyuntik modal lima perusahaan rintisan.
Sedangkan yang terbanyak yakni Telkom Indonesia, dengan 54 startup.
Sebagian investasi tersebut menghasilkan unicorn, salah satunya Bukalapak. E-commerce bernuansa merah ini bahkan sudah mencatatkan saham perdana alias IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Agustus.
Dengan komitmen investasi ke 50 startup lagi, Erick berharap ada gelombang besar unicorn baru ke depan.