PT Krakatau Steel (Persero) Tbk berkomitmen memenuhi kewajiban perusahaan tahun ini. Salah satunya, melunasi utang modal kerja senilai US$ 200 juta atau sekitar Rp 2,8 triliun yang jatuh tempo pada Desember 2021 ini melalui penjualan saham anak usaha, Subholding Krakatau Sarana Infrastruktur (KSI) kepada mitra strategis.
Direktur Keuangan Krakatau Steel Tardi mengatakan, dana tersebut akan dibayarkan kepada PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank Negara Indonesia Tbk, dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk selaku kreditur.
"Krakatau Steel akan tetap menjaga kemampuan perusahaan dalam membayar utang melalui serangkaian inisiatif strategis perusahaan," kata Tardi dalam keterangan resmi, Jumat (3/12).
Tardi mengatakan, salah satu strateginya ialah divestasi 40% kepemilikan perusahaan pada KSI. Emiten berkode saham KRAS ini menargetkan proses divestasi rampung pada Desember 2021.
Saat ini, dua mitra strategis yakni, Indonesia Investment Authority (INA) dan PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero), telah mengajukan penawaran terkait menjadi mitra strategis itu.
Dana segar dari divestasi KSI ditaksir dapat mencapai triliunan rupiah. Adapun, sebagian besar akan digunakan untuk membayar kembali utang perseroan, sedangkan selebihnya akan untuk mengembangkan usaha KSI.
"EBITDA kami sudah bagus, tapi kalau financing cost-nya (biaya pendanaan) bisa turun bagus sekali, sehingga teman-teman (Divisi) Komersial punya fleksibilitas untuk spread harga (jual). Kami (melakukan) restrukturisasi, tapi masih dalam kondisi yang sangat ketat, itu (divestasi) dalam rangka lebih rileks lagi," kata Tardi.
Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan proses restrukturisasi tahap ketiga menjadi krusial dewasa ini. Pasalnya, lanjut Erick, Krakatau Steel berpotensi wanprestasi pada Desember 2021 jika tahap ketiga restrukturisasi tidak berjalan lancar. Oleh karena itu, pemerintah mengundang INA untuk berinvestasi ke dalam Krakatau Steel.
Pada 2022, Krakatau Steel akan melanjutkan proses restrukturisasi dengan menerbitkan saham baru atau right issue senilai US$ 200 juta. Aksi korporasi itu dibutuhkan sebagai salah satu sumber dana pemenuhan kewajiban perseroan senilai US$ 500 juta pada tahun depan. Dengan kata lain, Krakatau Steel akan membayarkan utang setidaknya US$ 700 juta pada 2021-2022.
Berdasarkan laporan keuangan KRAS, liabilitas jangka pendek tercatat naik 89,11% pada Januari-September 2021 menjadi US$ 1,5 miliar dari realisasi periode yang sama tahun lalu senilai US$ 827 juta. Adapun, liabilitas jangka panjang turun 20,49% menjadi US$ 1,7 miliar. Alhasil, total liabilitas KRAS naik 9,38% menjadi US$ 3,3 miliar.
Sementara itu, total ekuitas susut 6,19% dari US$ 448 juta pada Januari-September 2020 menjadi US$ 420 juta. Oleh karena itu, total ekuitas dan liabilitas KRAS tercatat naik 7,34% menjadi US$ 3,7 miliar.
Sejauh ini, Krakatau Steel telah membayar cicilan utang senilai Rp 444,7 miliar. Secara rinci, pembayaran utang itu terdiri dari Utang Tranche A hasil kesepakatan restrukturisasi utang senilai Rp 258 miliar dan cicilan utang kepada ank investasi asal Jerman, Commerzbank, senilai Rp 186,7 miliar.