PT PP Presisi Tbk (PPRE) membukukan laba sebesar Rp 146,8 miliar untuk tahun buku 2021. Angka tersebut naik 26,7% dibandingkan pencapaian tahun sebelumnya sebesar Rp 115,8 miliar. Adapun, pencapaian tersebut dikontribusikan oleh peningkatan pendapatan sebesar 20,1% menjadi Rp 2,8 triliun dari tahun sebelumnya sebesar Rp 2,3 triliun.
Direktur Utama PPRE, Rully Noviandar mengatakan, perolehan pendapatan masih dikontribusi dari lini bisnis konstruksi sebesar 66% yang sebagian besar berasal dari penyelesaian dan progress proyek-proyek infrastruktur seperti Bendungan Way Sekampung, Sirkuit Mandalika, Patimban Port, Kawasan Industri Batang, Rehabilitasi Jalan Pamanukan – Palimanan, dan PLTU Sulut Site Development.
Selain itu, terdapat juga proyek Jalan Tol Semarang Demak, Pembangunan Jalan Lintas Selatan Lot 6 dan Lot 7, Pembangunan Stadion Sport Center Banten, Pembangunan Jalan Tol Indrapura Kisaran, Tol Cinere Jagorawi Seksi 3, Bendungan Leuwikeris, Site Development PLTU Timor, Bendungan Manikin dan Bandara Sentani.
"Sedangkan untuk lini bisnis jasa pertambangan memberikan kontribusi sebesar 16%, meningkat 1% dari tahun sebelumnya. Pendapatan tersebut berasal dari progress proyek Hauling Road Upgrading Weda Bay Nickel, Hauling Services Weda Bay Nickel serta Pekerjaan Jasa Tambang Nikel Morowali," kata Rully dalam keterangan resminya, dikutip Jumat (11/3).
Direktur Keuangan, Manajemen Risiko dan HCM Benny Pidakso mengatakan, perseroan juga mendapatkan laba hasil joint venture dalam proyek pembangunan bandara Dhoho, Kediri, di mana Lancarjaya Mandiri Abadi (LMA) menjadi kontraktor utama sekaligus lead of consortium sebesar Rp 79,7 miliar. Jumlah itu meningkat 55,1% dari sebelumnya Rp 51,4 miliar.
Ia menjelaskan, seiring dengan peningkatan pendapatan dan juga kontribusi laba joint venture tersebut, EBITDA perseroan dibukukan meningkat menjadi Rp 936,9 miliar dari sebelumnya Rp 907,4 miliar. Kemudian, operating cash flow juga mengalami peningkatan, dengan dibukukannya cash flow operasi positif sebesar Rp 248,9 miliar atau meningkat 3,49% dari tahun sebelumnya sebesar Rp 240,5 miliar.
Dengan demikian, posisi keuangan mengalami penguatan dengan adanya peningkatan total aset sebesar 3,9% dari Rp 6,77 triliun menjadi Rp 7,03 triliun. Total utang juga mengalami peningkatan sebesar 10,2% dari Rp 2 triliun menjadi Rp 2,2 triliun.
Menurut Benny, peningkatan utang sejalan dengan perluasan kapasitas pendanaan perseroan untuk belanja modal/capital expenditure (capex) yang mayoritas digunakan untuk mendukung pelaksanaan proyek-proyek jasa tambang, di mana 53% dari total kontrak baru pada 2021 berasal dari jasa tambang yang membutuhkan dukungan ketersediaan alat berat dalam jumlah banyak.
"Total ekuitas juga meningkat sebesar 13,1% dari Rp 2,84 triliun menjadi Rp 2,98 triliun, sebagai imbas dari adanya peningkatan EAT mencapai 23,2%, yang juga memberikan kenaikan pada laba per saham dasar sebesar 31,24% dari sebelumnya 5,73 menjadi 7,52," kata Benny.
Lebih lanjut, Benny menambahkan, seiring dengan kebijakan tersebut, maka beberapa rasio keuangan terutama untuk rasio leverage mengalami pergerakan, seperti debt service ratio bergerak dari 2,10 (31 Des 2020) menjadi 1,94 (31 Des 2021), Ebitda to Interest dari 4,74 (31 Des 2020) menjadi 4,68 dan DER Interest Bearing dari 0,69 menjadi 0,72.
Di sisi lain, peningkatan rasio profitabilitas dari net profit margin naik sebesar 6,12% dari 4,90% menjadi 5,20%, return on assets (ROA) naik sebesar 22% dari 1,7% menjadi 2,1%, serta return on equity (ROE) meningkat sebesar 20,9% dari 4,1% menjadi 4,9%.
Benny menyebut, peningkatan kinerja operasional dan profitabilitas menjadi momentum bagi perseroan dalam memperbaiki kinerja dari imbas pandemi.
"Pada prospek jasa tambang, baik dari sisi perolehan kontrak baru maupun pendapatan, tentunya kami harapkan dapat terus meningkat dan menjadi sumber recurring income yang dapat meningkatkan kinerja kami ke depannya," ujar dia.