PT Krakatau Steel Tbk akan melakukan pembayaran utang senilai US$ 534 juta tahun ini. Dana pembayaran utang tersebut didapatkan dari laba perusahaan dan aksi korporasi, termasuk divestasi aset.
Direktur Utama Krakatau Steel, Silmy Karim, mengatakan perusahaan telah membayar pelunasan utang tahap pertama tahun ini senilai US$ 10 Juta. Dengan demikian, sisa utang yang akan dibayar Krakatau Steel tahun ini mencapai US$ 524 Juta.
"Duitnya dari mana US$ 524 juta? Pertama dari cahsflow perusahaan, kemudian dari divestasi dan juga aksi korporasi lain," kata Silmy di Jakarta, Jumat (13/5).
Berdasarkan catatan Katadata, total utang Krakatau Steel mencapai US$ 2,22 miliar. Dari jumlah tersebut, utang yang telah dilunasi senilai US$ 293 juta.
Silmy mengatakan, Krakatau Steel berencana untuk melakukan penerbitan hak memesan efek terlebih dahulu (right issue) hingga penawaran saham perdana (IPO) anak perusahaan. Namun demikian, IPO hanya akan digunakan untuk mengembangkan bisnis Krakatau Steel alih-alih membayar utang.
Untuk melunasi kewajiban utang, perusahaan akan mengutamakan divestasi aset Krakatau Sarana Infrastruktur (KSI) dan Krakatau Baja Konstruksi (KBK). Target dana yang didapatkan dari divestasi kedua aset tersebut sebesar US$ 300 juta.
KSI merupakan gabungan dari empat anak usaha emiten industri berkode KRAS ini, yaitu PT Krakatau Industrial Estate Cilegon, PT Krakatau Tirta Industri, PT Krakatau Daya Listrik, dan Krakatau Port & Logistic.
Anak usaha Krakatau Steel tersebut merupakan sub-holding infrastruktur kawasan industri. Per Oktober 2021, KSI telah mencatatkan pendapatan hingga US$ 221 juta dengan pendapatan sebelum bunga, pajak, penyusutan, dan amortisasi (EBITDA) senilai US$ 66 juta.
Sementara itu, KBK merupakan gabungan dari tiga anak usaha Krakatau Steel, yakni PT Krakatau Wajatama, PT KHI Pipe Industries, dan PT Krakatau Global Trading.
KBK mencatatkan pendapatan senilai US$ 319 juta sepanjang Januari-Oktober 2021, sedangkan EBITDA yang dihasilkan senilai US$ 18 juta. Pengembangan aset ini merupakan proses akhir KRAS dalam rangka restrukturisasi dan transformasi.
Selain divestasi, Silmy mengatakan, dana pembayaran utang akan berasal dari arus kas Krakatau Steel senilai US$ 250 juta. Silmy optimistis dapat menyediakan dana tersebut lantaran laba bersih pada paruh pertama 2022 diramalkan akan mencapai Rp 700 miliar atau sekitar US$ 47,88 juta.
Sementara itu, total penjualan pada Januari-Juni 2022 akan menyentuh level Rp 20 triliun. Angka itu naik 30,71% dari realisasi periode yang sama tahun lalu sejumlah Rp 15,3 triliun.
Silmy mengatakan, anak perusahaan berkontribusi sekitar 20% dari capaian perseroan. Adapun, penjualan baja canai panas (HRC) mendominasi hingga 70% dari total volume penjualan Januari-Juni 2022.
Di sisi lain, Silmy mengatakan, akan menambah modal dengan skema right issue senilai US$ 200 juta untuk untuk pembayaran utang pada 2022. Penerbitan right issue ini akan menjadi rencana cadangan jika gabungan dari divestasi dan arus kas perseroan tidak mencapai target.
"Right issue bisa terjadi pada semester II-2022 atau semester I-2023," kata Silmy.
PT Krakatau Steel Tbk mencatatkan pendapatan bersih sebesar US$2,16 miliar dan laba bersih sebesar US$62,3 juta pada 2021. Laba bersih ini merupakan peningkatan 165% dari 2020.