BRI Bakal Beli Kembali Saham Rp 3 Triliun Hingga 31 Agustus 2023

Dokumentasi BRI
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
Penulis: Syahrizal Sidik
29/8/2022, 14.49 WIB

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BRI (BBRI) tengah dalam proses pembelian kembali (buyback) saham perusahaan dengan nilai sebanya-banyaknya mencapai Rp 3 triliun. Aksi korporasi itu telah mendapat restu pemegang saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada 1 Maret 2022. 

Prosesnya pelaksanaan buyback tersebut dilakukan dalam kurun waktu 18 bulan sejak disetujuinya buyback lewat RUPS, atau pada rentang waktu 1 Maret 2022 hingga 31 Agustus 2023 mendatang.

Sesuai dengan keterbukaan informasi yang telah disampaikan, nantinya saham hasil buyback akan digunakan untuk program kepemilikan saham bagi karyawan BRI. 

Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan pihaknya telah mempertimbangkan kondisi likuiditas perusahaan pada saat mengusulkan rencana buyback dalam RUPST tahun ini sehingga aksi korporasi tersebut tidak akan mengganggu keuangan perseroan.

“Di sisi lain buyback BBRI diproyeksikan akan meningkatkan motivasi dan kinerja Insan BRILian sehingga dapat lebih optimal terhadap pencapaian target sehingga dapat berujung pada peningkatan kinerja perseroan”, ungkap Sunarso, dalam keterangan resmi, Senin (29/8). 

Sementara itu, Direktur Keuangan BRI Viviana Dyah Ayu mengatakan ada beberapa hal yang dicermati terkait aksi korporasi ini. Selain untuk kebutuhan untuk treasury stock yang pada akhirnya akan dipergunakan untuk insentif kinerja jangka panjang kepada pekerja yang high performer,  perusahaan juga melihat bahwa harga saham BRI masih undervalued. 

"Terlebih apabila dibandingkan dengan pencapaian kinerja perseroan. Hal ini membuat kami terus melakukan buyback saham," kata Viviana.

Terpisah, Analis Senior CSA Research Institute yang juga Sekretaris Jenderal Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) Reza Priyambada menilai, aksi korporasi tersebut menggambarkan manajemen BRI yang memiliki optimisme terhadap pemulihan ekonomi di Tanah Air dan proyeksi kinerja BRI di masa datang.

Reza pun menilai buyback BBRI dapat menjadi penopang pertumbuhan perseroan ke depan karena pekerja biasanya akan lebih termotivasi apabila memiliki saham perseroan.

“Ibaratnya, kondisi masih pandemi saja, mereka (BRI) bisa meningkat kinerjanya. Bagaimana kalau tidak pandemi, harusnya (kinerja BRI) bisa lebih tinggi lagi," terang Reza.

"Apalagi kalau kita percaya bahwa pemulihan ekonomi ini terus terjadi, dan orang-orang Indonesia semangat dan gigih dalam bekerja, tentunya menjadi penopang pertumbuhan buat BBRI,” ujarnya. 

Hal itu bercermin pada kinerja BRI hingga semester I/2022. Di mana BRI secara konsolidasian mencatatkan laba bersih Rp 24,88 triliun atau tumbuh 98,38% secara year on year (yoy). Adapun total aset meningkat 6,37% yoy menjadi Rp 1.652,84 triliun. Dari sisi pembiayaan, secara konsolidasian penyaluran kredit mencapai Rp 1.104,79 triliun atau tumbuh 8,75% yoy.

Bahkan portofolio kredit UMKM BRI, sebagai bisnis inti perseroan tumbuh 9,81% dari Rp 837,82 triliun pada akhir Juni 2021, menjadi Rp 920 triliun pada akhir Juni 2022. Hal ini menjadikan proporsi kredit UMKM menjadi sebesar 83,27% dari total portofolio penyaluran pembiayaan perseroan.

Pencapaian tersebut diiringi pula dengan manajemen risiko yang baik dengan rasio kredit bermasalah atau NPL secara konsolidasian terjaga di level 3,26%. Manajemen BRI juga menyiapkan pencadangan sebagai langkah antisipatif atas potensi pemburukan kredit dengan NPL coverage sebesar 266,26%.

Pada perdagangan awal pekan ini, Senin (29/8), harga saham BBRI terpantau melemah 0,47% ke posisi Rp 4.250 per saham dengan nilai kapitalisasi pasar Rp 644,61 triliun. Sejak awal tahun, saham perusahaan menguat 3,41%.