Pemerintah melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) akan melakukan transformasi PT Perkebunan Nusantara dengan membentuk holding perusahaan gula milik negara, bernama Sugar Co.
Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, pembentukan Sugar Co menjadi maka payung usaha raksasa produsen gula di Tanah Air yang mengintegrasikan tujuh perusahaan PTPN dan dua cucu perusahaan.
Hal ini dilakukan untuk meningkatkan produksi dan hilirisasi gula, demi terus menjaga ketahanan pangan dan energi di tengah ancaman ketidakpastian global.
Menurut Erick, langkah ini sejalan dengan prioritas Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang selalu menekankan pembangunan ekosistem dan mengurangi ketergantungan atas rantai pasok dunia untuk sektor pangan dan energi.
Dia menegaskan, fokus Sugar Co tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan gula nasional, meningkatkan kesejahteraan petani tebu, dan menjaga stabilitas harga gula petani, "Tetapi juga menjadi produsen bioetanol yang merupakan produk turunan dari tebu sebagai campuran bahan bakar minyak,” kata Erick dikutip dari keterangan tertulis, Selasa (11/10).
Hal itu diungkapkan Erick saat acara kick-off Revitalisasi Industri Gula Nasional untuk Ketahanan Pangan dan Energi di Kebun Tebu Temugiring, Mojokerto, Jawa Timur, yang berlangsung Senin (10/10).
"Hari ini coba kami kick off, kami berharap revitalisasi industri ini dapat memenuhi kebutuhan gula nasional untuk jangka menengah dan panjang," lanjutnya.
Presiden Jokowi, lanjut Erick, juga ingin memastikan kesejahteraan petani menjadi bagian dalam revitalisasi ini.
"Kami ingin memastikan pendapatan petani yang Rp 13,1 juta per hektare didorong menjadi Rp 32,1 juta per hektare. Tapi ojo kesusu (jangan terburu-buru), bertahap karena perlu juga yang namanya pupuk, bibit, dan off-taker-nya," ucap dia.
Tak hanya menjadi produsen gula terbesar di Indonesia, Sugar Co juga akan dianggap bisa menjadi salah satu penggerak ketahanan energi nasional dengan produk bioetanol.
Seperti diketahui, Bioetanol merupakan salah satu bahan bakar alternatif berasal dari tumbuhan yang sudah melewati proses fermentasi, salah satu tumbuhan yang bisa dimanfaatkan adalah tebu. Berdasarkan hasil studi di Brazil, 1 ton tebu dapat menghasilkan setara 1,2 barrel minyak mentah.
“Seiring dengan meningkatnya produksi tebu nasional, Sugar Co sendiri berpotensi memproduksi bioetanol sebanyak 1,2 juta kilo liter pada tahun 2030,” klaim Erick.
Melihat potensi yang besar, menurut dia, Pertamina akan memulai uji coba awal atau pilot project di Pabrik Gula Gempolkrep untuk memproduksi Bioetanol dari Sugar Co.
“Dengan mencampur Bioetanol ke BBM Pertamina yang sudah ada, maka BBM Pertamina akan lebih ramah lingkungan," ungkap Erick Thohir.
Revitalisasi industri gula, lanjut Erick, dapat memperluas hilirisasi produk yang bisa menyerap lebih banyak lapangan kerja. Pasalnya, sektor ini memiliki turunan dalam bentuk ampas tebu yang dapat mendukung industri farmasi.
"Ampas tebu ini salah satu bahan baku farmasi yang halal. Dengan demikian produk farmasi akan lebih terjangkau karena tidak impor bahan bakunya," kata Erick.
Selain membentuk Sugar Co, PTPN juga melakukan langkah strategis dengan membentuk Palm Co demi meningkatkan produksi dan hilirisasi kelapa sawit. Untuk pengembangan produk komoditas lainnya, dikelompokkan ke dalam payung Supporting Co.