Kendati demikian, beban pokok pendapatan tercatat ikut melonjak hampir sembilan kali lipat menjadi Rp 1,81 triliun dari sebelumnya hanya Rp 208,43 miliar. Beban umum dan administrasi juga membengkak menjadi Rp 1,87 triliun, dari Rp 1,02 triliun.

Hanya beban penjualan dan pemasaran yang menyusut menjadi Rp 819,02 miliar dari sebelumnya Rp 1,31 triliun. Perusahaan juga meraup pendapatan dari operasional lain Rp 316,37 miliar, dari semula menanggung beban operasional lainnya Rp 10,96 miliar.

Alhasil, perusahaan mengantongi laba usaha Rp 3,53 triliun, dari sebelumnya mengalami rugi usaha Rp 1,21 triliun.

Menurut keterangan tertulis, Bukalapak membukukan adjusted Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization atau adjusted EBITDA sebesar -Rp 327 miliar pada kuartal III 2022. Adapun, rasio adjusted EBITDA terhadap nilai pemrosesan total atau Total Processing Value (TPV) menunjukkan peningkatan dari -1,1% pada kuartal III 2021 menjadi -0,8% pada kuartal III 2022.

Meskipun perseroan telah mencatat laba bersih, lanjut Teddy, perseroan tetap memiliki fokus pada kinerja operasional perseroan. Oleh karena itu, manajemen tetap menggunakan adjusted EBITDA sebagai indikator kinerja perseroan.

Dengan peningkatan efisiensi yang diiringi oleh pertumbuhan yang kuat, Teddy mengatakan, Bukalapak juga memiliki permodalan yang kuat. Posisi kas perseroan, termasuk investasi lancar, seperti obligasi pemerintah dan reksadana tercatat sebesar Rp 20,2 triliun pada akhir September 2022. Jumlah ini lebih dari 15 kali adjusted EBITDA pada kuartal III 2022 yang disetahunkan.

Halaman: