Laba BUMN Melesat Rp 179 Triliun Jadi Rp 303,7 Triliun di 2022

ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/nym.
Menteri BUMN Erick Thohir menyampaikan paparan pada Kuliah Umum di Universitas Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat, Sabtu (4/2/2023). Kuliah Umum tersebut membahas "Kolaborasi BUMN dengan Perguruan Tinggi di Era Digital Mewujudkan Indonesia Maju".
13/2/2023, 18.41 WIB

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mencatatkan laba konsolidasi perusahaan pelat merah diproyeksikan mencapai Rp 303,7 triliun pada 2022 atau naik Rp 179 triliun dari laba bersih konsolidasi pada 2021. Angka tersebut merupakan laba yang belum diaudit.

"Kalau diaudit pasti ada kurang lebihnya sekitar Rp 303,7 triliun, artinya ada peningkatan yang sangat signifikan sebesar Rp 179 triliun," kata Erick kepada Komisi VI DPR RI dalam Rapat Kerja di Jakarta, Senin (13/2).

Total laba konsolidasi BUMN tersebut, termasuk laba non tunai Garuda Indonesia yang mencapai Rp 55,7 triliun. Pada kesempatan yang sama, kinerja BUMN secara konsolidasi juga terindikasi dari peningkatan aset dari Rp 8.978 triliun pada 2021 menjadi Rp 9.867 triliun.

Sementara ekuitas BUMN secara keseluruhan naik dari Rp 2.778 triliun pada 2021 menjadi Rp 3.150 triliun pada 2022. Bisnis BUMN tercatat positif, terlihat dari pendapatan yang mencapai Rp 2.613 triliun pada 2022 dibandingkan tahun sebelumnya Rp 2.292 triliun.

Erick mengatakan, peningkatan tersebut ditunjang oleh efisiensi. Salah satu indikator peninngkatan kinerja yaitu penurunan rasio utang BUMN terhadap investasi yang turun dari 36,2% menjadi 34,2%.

"Ada yang bilang utang naik tapi kan tentunya ekuitasnya juga naik. Ini yang kita tekankan bahwa BUMN banyak utang tidak dijaga dengan ekuitas yang baik itu salah," kata Erick.

Erick memaparkan, modal BUMN pada 2022 yang mencapai Rp 3.150 triliun, di mana angka tersebut lebih besar dibandingkan utang yang tercatat Rp 1.640 triliun. Utang BUMN akan terus berkurang antara lain karena Erick juga mendorong percepatan pembayaran utang seperti di PLN dan pembayaran utang tepat waktu.

Bos BUMN itu menyebut salah satu efisiensi yang dilakukan PLN tersebut yaitu belanja modal (capital expenditure/capex) yang sebelumnya ditekan dengan target 50%, saat ini mencapai 40%. Ini berarti perbaikan penurunan utang tercatat hingga Rp 96 triliun dan yang tersisa yaitu Rp 404 triliun.

Selain itu dirinya menyebut bahwa Pertamina juga berhasil melakukan efisiensi hingga US$ 2,4 miliar. Efisiensi terdiri atas berbagai sumber belanja modalnya.

Reporter: Patricia Yashinta Desy Abigail