Dua maskapai penerbangan asal Timur Tengah, Emirates dan Etihad dikabarkan menjadi calon potensial investor baru PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) yang sedang berupaya bangkit menyehatkan kinerja keuangannya. Meski dua nama itu mencuat, hingga kini memang belum ada kesepakatan investasi yang digulirkan kepada Garuda. Bagaimana kiprah kedua maskapai ini?
Emirates merupakan maskapai penerbangan utama Dubai yang didirikan pada 1985 sebagai anak perusahaan dari perusahaan pemerintah The Emirates Group. Sepuluh tahun pertamanya, Emirates mampu tumbuh 30% setiap tahunnya dan mencatatkan keuntungan selama tujuh tahun.
Sedangkan, Etihad merupakan maskapai Penerbangan Nasional Uni Emirat Arab pada Juli 2003 berdasarkan dekrit Amiri yang dikeluarkan oleh Sheikh Khalifa bin Zayed Al Nahyan.
Selain sebagai transportasi udara, Etihad memiliki layanan kargo dan beroperasi di lebih dari 109 bandara internasional di Timur Tengah, Amerika Utara, Asia, Eropa, Afrika. Etihad telah memiliki banyak penghargaan, bahkan dianugerahi sebagai maskapai terkemuka dunia lebih dari satu kali.
Namun demikian, Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara II Kartika Wirjoatmodjo menegaskan, hingga kini belum ada keputusan tentang siapa yang akan menjadi investor baru emiten bersandi GIAA ini. Bahkan dirinya menyebut investasi dari Timur Tengah belum masuk tahun ini, sebab menurutnya keuangan Garuda diperkirakan positif sehingga belum membutuhkan pendanaan.
Mencuatnya ketertarikan dua perusahaan aviasi Timur Tengah tersebut ketika BUMN merencanakan aksi penambahan modal tanpa memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) atau private placement. Rencana tersebut sebagai bagian dari upaya penyehatan keuangan. Bahkan, Tiko sebelumnya mengatakan sudah melakukan pembicaraan dengan perusahaan penerbangan Timur Tengah tersebut walaupun hingga kini belum mengatakan secara detail.
Seperti yang dikutip dari Bloomberg, sebelumnya Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, pemerintah ingin maskapai dari Uni Emirat Arab, Turki dan Arab Saudi, untuk menyerap saham baru yang akan diterbitkan Garuda.
Maskapai yang diincar khususnya yang memiliki perjanjian code share. Perjanjian code share merupakan perjanjian kerja sama pelayanan penerbangan antara dua maskapai atau lebih dalam melayani satu rute penerbangan.
Sebelumnya Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengatakan saat ini negosiasi investasi masih dalam tahap pembicaraan dengan maskapai penerbangan Timur Tengah. Arya juga belum dapat mengungkapkan terkait nama investor asing tersebut.
"Negosiasi itu kan tidak bisa terlalu terbuka, karena bisa berubah-berubah. Jadi tunggu saja," katanya saat ditemui media di kantor Kementerian BUMN, Rabu (8/2).
Di lain sisi, Arya mengatakan investasi tidak hanya terbuka dari investor asing, namun BUMN juga membuka opsi dari investor lokal guna mengembangkan Garuda ke depan. "Semua kita buka, mau lokal kalau ada yang mau masuk, silahkan, mau internasional," katanya.