Perusahaan panas bumi terbesar di Indonesia dan salah satu perusahaan panas bumi terbesar secara global, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) resmi mulai melantai di Bursa Efek Indonesia Jumat (24/2).
Hingga pukul 09.05 WIB, harga saham PGEO bergerak turun 1,14% ke level Rp 865 dari harga yang ditetapkan Rp 875 per saham. Adapun, volume saham yang diperdagangkan tercatat sebanyak 9,01 juta, dan nilai transaksi mencapai Rp 76,60 miliar. Sedangkan frekuensinya sebanyak 5.678 kali.
Bahkan, saham PGEO tak lama kemudian kembali turun hingga sentuh auto reject bawah (ARB) setelah ambles 55 poin atau 6,29 persen ke posisi Rp 820 per sahamnya.
Padahal dalam pembukaan perdagangan sahamnya sempat berada di zona hijau dibuka Rp 925 per saham. Harga saham anak pertamina ini dijual berkisar Rp 815 sampai Rp 925 per saham
Padahal Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0,37 persen atau 25,59 poin menjadi 6.865,05 pada pukul 09.02 WIB. Terpantau 181 saham naik, 106 saham melemah, dan 274 saham stagnan.
Anak usaha PT Pertamina ini menjadi perusahaan tercatat ke-19 di BEI pada tahun 2023 dan ke-844 di BEI saat ini. Selain dicatatkan di papan utama, saham PGEO juga tercatat dalam indeks syariah.
Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansury mengharapkan dengan IPO ini maka energi baru terbarukan (EBT) dapat berkembang lebih cepat lagi di Tanah Air.
"Memang kami dari Kementerian BUMN berharap pencatatan perdana saham pagi hari ini akan bisa menjadi momentum bagi kita semua, khususnya bagi Pertamina,” katanya dalam seremoni pencatatan perdana saham PT Pertamina Geothermal Energy Tbk, Jumat (24/2).
Ia pun berharap listing perdana saham PGEO bisa mengalami kenaikan harga. “Semoga pencatatan saham kali ini bisa ditandai dengan warna hijau,” kata Pahala.
Adapun seremoni listing PGEO di BEI pagi ini dihadiri oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif bersama jajaran Kementerian ESDM dan BUMN, Serta Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati.
Direktur Utama Pertamina Geothermal Energy Ahmad Yuniarto menjelaskan bahwa PGE mencatatkan diri dengan kode emiten PGEO telah menyelesaikan roadshow ke sejumlah negara selain Indonesia, diantaranya Singapura, Hong Kong, London, dan New York.
PGE jelasnya berhasil menarik minat investor domestik maupun investor multinasional yang berkualitas untuk berpartisipasi dalam IPO PGE. Adapun beberapa investor domestik dan multinasional yang turut berpartisipasi dalam IPO PGE antara lain adalah Indonesia Investment Authority (INA) dan Masdar, perusahaan clean energy yang berkantor pusat di United Arab Emirates (UAE).
Penawaran Umum IPO perseroan mengalami kelebihan permintaan alias oversubscribed hingga 3,81 kali dari porsi pooling, melampaui target yang telah ditetapkan sebelumnya.
“Hal ini merupakan pencapaian yang sangat cerah bagi perseroan dan sebagai indikator positif tingkat kepercayaan investor kepada PGE,” kata Ahmad dalam keterangan resmi, Jumat (24/2).
Perseroan menawarkan ke masyarakat sebanyak 10,35 miliar saham biasa atas nama, yang mewakili sebesar 25% dari modal ditempatkan dan disetor perseroan dan ditawarkan dengan harga penawaran Rp 875 setiap saham. Perseroan telah melaksanakan penawaran umum sejak 20–22 Februari 2023 dan meraih dana sebesar Rp 9,05 triliun.
Lebih lanjut perseroan juga mengalokasikan sebanyak-banyaknya sebesar 1,50% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO atau sebanyak- banyaknya 630,39 juta saham untuk Program Opsi Pembelian Saham Kepada Manajemen dan Karyawan Perseroan (Management and Employee Stock Option Program/MESOP).
Dalam penawaran umum perdana saham, PGE menunjuk PT Mandiri Sekuritas, PT CLSA Sekuritas Indonesia, dan PT Credit Suisse Sekuritas Indonesia sebagai penjamin pelaksana emisi efek. PGE juga menunjuk CLSA, Credit Suisse, dan HSBC sebagai international selling agents.