Beban Turun, Laba Kimia Farma Berpotensi Melesat

Adi Maulana Ibrahim|Katadata
Petugas melayani pembeli masker dan aseptick gel di apotek kimia farma, Jalan Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (4/3/2020).
Penulis: Lona Olavia
14/6/2023, 16.26 WIB

“Dana capex itu disiapkan untuk pengembangan segmen ritel, manufaktur, dan untuk pengembangan bisnis,” katanya dalam keterangan resmi dikutip Minggu (4/6).

Strategi pengembangan bisnis di Kimia Farma dilakukan dengan mengakselerasi inovasi produk dan layanan, serta penguatan bisnis. Salah satu bentuk pengembangan bisnisnya, KAEF menguatkan portofolio end to end business dan mengembangkan kategori produk vitamin, mineral dan suplemen.

 

Selain itu, Kimia Farma juga melakukan kerja sama strategis dengan institusi lokal dan global, serta mengembangkan produk-produk di Anatomical Therapeutic Class 2.

Perseroan juga terus mengembangkan bisnisnya melalui saluran digital bernama Kimia Farma Mobile. Layanan aplikasi ini terhubung dengan 1.214 apotik, 419 klinik kesehatan, dan 72 laboratorium klinik. Hingga saat ini aplikasi Kimia Farma Mobile telah diunduh lebih dari 1,1 juta pengguna.

Pada kuartal pertama 2023, Kimia Farma mencatat pendapatan Rp 2,30 triliun atau naik dibanding periode yang sama tahun sebelumnya Rp 2,26 triliun. Kenaikan pendapatan diperoleh dari perbaikan portofolio penjualan produk etikal.

Perusahaan tercatat mengantongi EBITDA Rp 238,97 miliar. Beban pokok penjualan perseroan turun secara tahunan pada kuartal I tahun 2023 menjadi Rp 1,44 triliun.

Alhasil laba tahun berjalan yang dapat didistribusikan kepada pemilik entitas induk dan kepentingan non pengendali sebesar Rp 24,62 miliar, meningkat dibanding periode yang sama tahun sebelumnya Rp 2,52 miliar. Namun laba bersihnya tercatat Rp 386,49 juta atau turun dibanding tahun sebelumnya Rp 5,76 miliar.

Halaman: