PT Pupuk Kaltim mengkaji rancangan pembangunan fasilitas produksi green ammonia berkapasitas sebesar 1 juta ton per tahun. Estimasi investasi proyek tersebut senilai US$ 4 miliar atau sekitar Rp 60,2 triliun.
Berkenaan dengan hal itu, Pupuk Kaltim bersama Copenhagen Atomics, Topsoe, Alfa Laval, dan Aalborg CSP telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) pada Mei lalu.
Direktur Utama Pupuk Kaltim, Rahmad Pribadi menyatakan saat ini amonia bersih atau clean ammonia dikatakan sebagai sebuah sumber energi yang masih terbatas. Tapi, permintaan clean ammonia diperkirakan akan terus tumbuh.
"Estimasi kami dari tahun 2020 hingga tahun 2050 akan tumbuh menjadi 350%. Porsinya itu akan melebihi porsi dari grey ammonia yang sekarang masih mayoritas digunakan, dan sebagian dari grey itu akan berubah menjadi blue," ujar Rahmad, dalam keterangan resmi, Selasa (20/6).
Sebagaimana diketahui, amonia merupakan sumber energi yang rendah karbon. Amonia saat ini digunakan sebagai bahan baku utama pembuatan pupuk urea dan bahan pendukung untuk tekstil, pertambangan, dan farmasi. Sering perkembangan zaman dan teknologi, clean ammonia dikembangkan untuk sebagai alternatif bahan bakar yang lebih ramah lingkungan.
Clean amonia juga memiliki sejumlah keunggulan, pertama, menggunakan sumber energi terbarukan. Blue ammonia diproduksi melalui proses konversi grey ammonia menggunakan blue hydrogen yang dihasilkan melalui pemisahan molekul air (H2O) dengan menggunakan sumber energi fosil, seperti gas alam atau batu bara.
Sedangkan green ammonia diproduksi menggunakan green hydrogen melalui proses elektrolisis air menggunakan sumber energi terbarukan, seperti tenaga surya, tenaga angin, hingga panas bumi.
Kedua, proses produksinya rendah karbon. Blue ammonia dapat diproduksi dan digunakan pada infrastruktur yang sudah ada tanpa perubahan yang signifikan karena sifatnya yang hampir sama dengan grey ammonia.
Perbedaan produksi blue ammonia terletak pada teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon yang memungkinkan pemisahan produksi amonia dari emisi karbon. Dengan digunakannya sumber energi terbarukan, proses produksi green ammonia tidak menghasilkan emisi karbon.
Ketiga sebagai alternatif penyimpan energi. Clean ammonia dapat dimanfaatkan sebagai penyimpanan energi mulai dari hidrogen hingga listrik. Dengan demikian, penggunaan energi berbasis hidrogen, baik dalam pembangkit listrik maupun transportasi, akan menjadi lebih mudah karena hidrogen disimpan dalam bentuk yang kurang mudah terbakar atau rentan rusak.
Selain itu, ketika green ammonia yang dijadikan penyimpan listrik juga dapat diubah kembali menjadi listrik melalui proses pembakaran atau reaksi elektrokimia, menghasilkan energi yang dapat digunakan.
"Inilah peluang yang dilihat dengan jeli oleh PKT dan dimanfaatkan dengan dukungan teknologi yang mumpuni," ucap Rahmad. Di sisi lain, perusahaan saat ini juga melakukan transformasi hijau industri petrokimia berbasis gas alam di Indonesia.