Emiten produsen gas industri PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk (SBMA) mengincar proyek gas industri di kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN), Kalimantan Timur.
Direktur Operasional PT SBMA Iwan Sanyoto menuturkan, kawasan IKN memiliki kebutuhan gas yang cukup tinggi.
"Perusahaan akan menyediakan produk gas dan menjadi salah satu pemasok utama bagi proyek konstruksi di kilang PT Pertamina," ujar Iwan, Senin (3/7).
Katadata mencatat, sampai dengan April 2023 lalu terdapat 182 investor berminat mengajukan Letter of Intent untuk berinvestasi di kawasan IKN. Dari LoI tersebut, terdapat 21 investor yang tertarik berinvestasi di bidang energi.
"Hingga 10 April 2023, kami mencatat terdapat 182 pengajuan Letter of Intent dari para pengusaha yang berasal dari 16 negara," ucap Deputi Bidang Pendanaan dan Investasi Otorita Ibu Kota Nusantara atau OIKN, Agung Wicaksono.
Baru-baru ini, perusahaan menggelontorkan investasi seniali Rp 39 miliar terkait proyek pengembangan pabrik dengan unit air separation plant (ASP) di Jalan Mulawarman, Balikpapan.
Iwan Sanyoto menuturkan, dengan adanya alat baru, pabrik ini ditargetkan terjadi peningkatan produksi oksigen dan nitrogen hingga 5 kali lipat setelah pasca beroperasi komersial sejak 7 Juni lalu.
"Pabrik baru diperkirakan menyumbang peningkatan kapasitas 50 ton per hari atau lima kali lipat dari produksi sebelumnya," tuturnya.
Hingga kini, perusahaan berkode emiten SBMA ini menghasilkan asetilin, argon, CO2, nitrogen, dan oksigen. Khusus nitrogen dan oksigen sebagai tambahan terbaru.
Perseroan akan fokus pada peningkatan produksi produk nitrogen dan oksigen agar sejalan dengan permintaan pasar yang terus meningkat. Oleh sebab itu, kapasitas produksi dan peningkatan efisiensi merupakan faktor penting dalam memenuhi permintaan tersebut.
Iwan mengungkapkan, kelebihan produksi ini diharapkan mampu mengantisipasi peningkatan permintaan dari berbagai sektor industri, termasuk pertambangan, petrokimia, dan minyak dan gas, yang sering membutuhkan oksigen dan asetilen.
Iwan juga menyebut, pabrik baru ini beroperasi 60% lebih efisien ketimbang pabrik sebelumnya.
"Sehingga memberikan margin keuntungan yang lebih besar," ujarnya.
Untuk diketahui, hingga periode kuartal pertama tahun ini, perusahaan membukukan kenaikan pendapatan sebesar 7,7% menjadi Rp 24,6 miliar.
Secara rinci, penjualan terbesar SBMA masih dikontribusi dari produk acetylene Rp 7,98 miliar, argon Rp 5,37 miliar, penjualan oksigen senilai Rp 4,82 miliar, lalu karbondioksida Rp 2,05 miliar, nitrogen memberi andil Rp 1,17 miliar dan lain-lain senilai Rp 5,08 miliar.
Adapun, beban pokok penjualan perusahaan naik menjadi Rp 15,1 miliar dari periode sama tahun sebelumnya Rp 11,6 miliar. Kenaikan ini disebabkan salah satunya karena naiknya biaya distribusi bahan bakar minyak (BBM).
Sementara total asetnya tercatat sebesar Rp 269,06 miliar yang terbagi atas ekuitas Rp 212,11 miliar dan liabilitas Rp 56,95 miliar.