PT Akselerasi Usaha Indonesia atau Akseleran Grup menunda rencana menjadi perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga Juni 2024. Kendati demikian perusahaan optimistis dapat mendorong pertumbuhan penyaluran pendanaan hingga 70% pada akhir tahun 2023.
“Kinerja keuangan secara relatif masih sesuai dengan rencana walaupun tidak bisa sekencang kalau jadi melantai di bursa, target kita masih di atas 70%,” ujar Group CEO & Co-Founder Akseleran Ivan Nikolas Tambunan kepada wartawan di Jakarta, Rabu (26/7).
Tak hanya itu, Akseleran juga percaya dapat menekan kredit macet atau non performing loan agar tetap di bawah 1% hingga akhir 2023.
“Tingkat NPL kami juga terjaga dengan stabil, dengan tingkat NPL sebesar 0,66% dari outstanding pinjaman per akhir Juni 2023, salah satu yang terendah di Indonesia,” ujar Ivan.
Ivan juga menjelaskan selama tidak ada perubahan yang signifikan pada kondisi makro ekonomi Tanah Air, Akseleran percaya diri dapat menekan angka kredit macet perusahaan. “Ini salah satu unggulannya Akseleran yang memiliki NPL dibawah rata-rata, tapi dampaknya cost of fund yang dibayarkan ke lender juga lebih kecil,” ujar Ivan,
Akseleran menyediakan produk pinjaman berbasis cash flow seperti invoice financing, purchase order financing dan inventory financing sebagai solusi atas permasalahan funding gap yang dialami UKM. Adapun besaran funding gap tersebut mencapai Rp 2.000 triliun per tahunnya.
Sampai dengan Desember 2022, perseroan telah menyalurkan lebih dari Rp 6,5 triliun pinjaman kepada ribuan penerima pinjaman, dengan tingkat pertumbuhan majemuk tahunan penyaluran pinjaman yang mencapai 96% per tahun sejak 2018-2022.
Dari sisi pendanaan, perseroan didukung oleh lebih dari 200.000 pemberi pinjaman ritel dan berbagai pemberi pinjaman institusional, termasuk berbagai bank di Indonesia seperti Bank BCA, Bank BRI, Bank OCBC, Bank Mandiri, dan Bank Jtrust.