PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) berhasil menjadi penghuni baru Indeks Financial Times Stock Exchange (FTSE) Global Equity Indonesia dalam semi annual review September 2023. Perubahan ini bakal efektif pada penutupan perdagangan 15 September 2023 mendatang atau tepatnya 18 September 2023.
BUKA akan masuk ke kelompok kapitalisasi kecil alias small cap. Masuknya BUKA ke indeks penyedia data dan indeks pasar modal FTSE Russel itu menambah daftar emiten teknologi yang sudah masuk ke indeks tersebut terlebih dahulu yakni PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO).
GOTO sudah menjadi penghuni yang masuk dalam kelas saham-saham berkapitalisasi jumbo alias large cap sejak 20 Maret 2023.
Head of Research Team & Strategist Mirae Asset Sekuritas Robertus Hardy mengatakan, meskipun BUKA sudah menargetkan penyesuaian EBITDA yang positif pada akhir tahun ini, dan GOTO pada tahun depan, namun menurutnya industri teknologi di Indonesia masih perlu membuktikan dengan kinerja yang positif.
"Kinerja positif itu harus dibuktikan dalam periode yang lebih cepat untuk mengembalikan kepercayaan investor," katanya kepada Katadata.co.id, Senin (21/8).
Adapun sekarang ini, baik BUKA maupun GOTO masih menderita kerugian bersih. Hal ini menurut Robertus berbeda dengan industri teknologi di negara Asia lainnya seperti India, Korsel dan Cina. Di mana masing-masing raksasa perusahaan teknologi disana sudah membukukan laba bersih yang positif sehingga sahamnya juga menjadi buruan investor global.
"Inklusi BUKA ke dalam FTSE small cap tidak akan membuat langkah GOTO menjadi berat karena investor akan lebih melihat perkembangan kinerja masing-masing,” kata Robertus.
Ia pun menambahkan tidak melihat inklusi BUKA ke dalam FTSE sebagai sesuatu yang signifikan bisa memperbaiki kinerja harga sahamnya. Sebab BUKA hanya masuk di kategori small cap sehingga aliran dana yang masuk diperkirakan tidak akan terlalu signifikan.
Di sisi lain, Analis PT Indo Premier Sekuritas Jovent Muliadi dan Anthony mengatakan, secara prakiraan dan peringkat saham GOTO sedang ditinjau. Target harga GOTO ada di Rp 138 per saham. Adapun pada perdagangan Senin (21/8) pukul 10.45 WIB harga saham GOTO sedang stagnan di Rp 92 per lembar.
“Kami melihat hasil keseluruhan relatif baik. Menurut kami pertumbuhan GOTO juga dipengaruhi oleh persaingan ketat dari pesaingnya. Namun hal ini sebagian telah diperhitungkan oleh kelemahan harga saham baru-baru ini,” tulisnya dalam riset terbaru dikutip Senin (21/8).
Jovent dan Anthony juga sedang meninjau prakiraan dan peringkat GOTO sehubungan dengan perkembangan baru, yaitu revisi panduan dan panggilan pendapatan perusahaan induk Shopee, Sea Ltd baru-baru ini.
GOTO melaporkan kerugian EBITDA yang disesuaikan sebesar minus Rp 2,8 triliun di semester satu 2023 dibandingkan minus Rp 1,2 triliun di kuartal dua 2023, meningkat sebesar minus 69% secara tahunan atau minus 24% secara kuartalan. Menyusul kemajuan yang luar biasa, manajemen menegaskan kembali targetnya untuk mencapai EBITDA yang disesuaikan positif pada kuartal empat 2023 dan merevisi pedoman EBITDA yang disesuaikan untuk tahun 2023 antara minus Rp 4,5 triliun hingga minus Rp 3,8 triliun versus riset Indopremier di minus Rp 5,3 triliun.
Lalu pertumbuhan nilai transaksi bruto atau gross transaction value (GTV) secara keseluruhan sebesar 1% secara tahunan di semester satu 2023. Hal itu terutama disebabkan oleh pengurangan insentif dan biaya pemasaran, selain peningkatan jumlah hari libur nasional di bulan April dan Juni.
Di antara segmen tersebut, hanya GoTo Financial yang membukukan pertumbuhan positif 10%, sementara layanan on-demand dan e-commerce turun masing-masing sebesar minus 7%, minus 4%, minus 8%, dan minus 7%.
“Pada saat yang sama, kami mengharapkan persaingan yang semakin ketat dari SEA dan Grab yang dapat menimbulkan kekhawatiran pada pertumbuhan GTV GOTO,” tulis riset.