Harga Jual Turun, Laba Adaro Minerals Merosot 19% Jadi Rp 2,5 Triliun
PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk US$ 163,5 juta atau setara Rp 2,5 triliun dengan asumsi kurs Rp 15.316 per dolar AS. Raihan pada semester pertama 2023 tersebut turun 19% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya US$ 202 juta atau Rp 3 triliun.
Penurunan itu salah satunya dipicu oleh harga jual rata-rata pada semester pertama 2023 yang turun hingga 25% dari tahun sebelumnya. Sedangkan volume produksi pada periode tersebut tercatat 2,5 juta ton dengan penjualan yang mencapai 1,8 juta ton, atau masing-masing naik 66% dan 42% dari periode sebelumnya.
Anak usaha dari kerajaan bisnis PT Adaro Energy Tbk (ADRO) milik Garibaldi Thohir ini mencatat pendapatan usaha US$ 463,6 juta, naik sekitar 6% dibandingkan realisasi pada periode sama tahun lalu di US$ 435,6 juta. Namun perseroan mencatatkan lonjakan beban pokok pendapatan 42% menjadi US$ 210,2 juta dari sebelumnya US$ 148,2 juta.
Di sisi lain EBITDA operasional sebesar US$ 235,1 juta mewakili penurunan 18% yang terjadi akibat penurunan harga jual rata-rata dan kenaikan biaya yang terjadi karena kenaikan produksi dan nisbah kupas. Alhasil laba inti turun 19% menjadi U$ 168,4 juta.
EBITDA operasional dan laba inti tidak memperhitungkan komponen non operasional dan mencerminkan kinerja bisnis inti.
Presiden Direktur PT Adaro Minerals Indonesia Tbk Christian Ariano Rachmat mengatakan, perusahaan mampu mencapai kinerja yang memuaskan di tengah tantangan makro yang signifikan. Operasi batu bara metalurgi paruh pertama 2023 yang baik telah menempatkan perusahaan pada posisi yang baik untuk mencapai target volume tahunan.
“Kami terus mengembangkan pasar bagi batu bara metalurgi Indonesia, dan tanggapan dari para pelanggan membuat kami yakin akan prospek pertumbuhan,” ujarnya dalam keterangan resmi perseroan, Selasa (22/8).
Lebih lanjut, ADMR menurutnya juga berada pada posisi yang mendukung inisiatif hilirisasi Indonesia melalui smelter aluminium, yang telah mendapatkan pemenuhan keuangan dalam kuartal ini.
“Kami menyambut peluang menumbuhkan bisnis pengolahan mineral secara berkelanjutan dengan penuh semangat, dan tetap berfokus pada eksekusi proyek-proyek strategis secara bertanggung jawab,” ucap Christian.
Lebih lanjut ADMR juga telah mendapatkan pemenuhan keuangan untuk smelter aluminium berkapasitas 500.000 ton per tahun di bawah PT Kalimantan Aluminium Industry (KAI). Pembiayaan ini termasuk US$ 981,4 juta dan Rp 1,5 triliun.
“KAI telah menyelesaikan persiapan lahan, pekerjaan tanah serta konstruksi jeti sementara, dan terus melanjutkan konstruksi fasilitas infrastruktur lainnya,” katanya.