S&P Naikkan Peringkat Antam, Berikut Rekomendasi Harga Sahamnya

Dok. Antam
Proyek Pembangunan Pabrik Feronikel Haltim (P3FH) yang dilaksanakan oleh PT Aneka Tambang Tbk (Antam).
Penulis: Lona Olavia
27/9/2023, 08.38 WIB

PT Aneka Tambang Tbk atau Antam mengalami kenaikan corporate credit rating S&P Global tahun 2023 dari “B+/outlook positif” menjadi “BB+/outlook stabil”.  Di sisi lain Mirae Asset Sekuritas memulai coverage terhadap emiten berkode saham ANTM itu dengan target harga Rp 2.175 per saham.

Kenaikan rating Antam merefleksikan adanya peningkatan atas prospek bisnis perusahaan melalui inisiatif pengembangan hilirisasi nikel untuk rantai industri baterai kendaraan listrik di Indonesia dan juga bisnis emas.

Pengembangan rantai industri baterai kendaraan listrik yang dilakukan perseroan merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN) yang akan menguatkan posisi Indonesia dalam rantai industri ini secara global. Antam merupakan anggota PT Mineral Industri Indonesia (MIND ID) - BUMN Holding Industri Pertambangan.

Selain itu, pertumbuhan profil kredit Antam meningkat seiring dengan pengelolaan likuiditas Perusahaan yang memadai dan tetap solid di tengah tantangan harga komoditas global.

Dalam laporannya, S&P berkeyakinan pemerintah akan terus memberikan dukungan penuh kepada Antam melalui MIND ID. Hal tersebut didasari atas tujuan pemerintah untuk mengelola dan mengonsolidasi aset tambang strategis melalui MIND ID yang bertujuan mengelola kepentingan dalam industri pertambangan domestik, terutama dalam kaitannya dengan kebijakan sumber daya alam untuk kepentingan nasional.

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Antam Elisabeth RT Siahaan mengatakan, peningkatan rating sejalan dengan strategi keberlanjutan bisnis Antam dalam optimalisasi pada aspek operasi dan keuangan perusahaan.

“Peningkatan rating ini juga didukung oleh implementasi strategi operasional yang tepat mendukung pertumbuhan profitabilitas Antam pada periode enam bulan pertama tahun 2023,” katanya dalam keterangan resmi dikutip Rabu (27/9).

Posisi likuiditas keuangan Antam yang baik tercermin pada posisi arus kas bersih perusahaan yang diperoleh dari aktivitas operasi sebesar Rp 1,69 triliun, tumbuh 96% dibandingkan capaian pada periode enam bulan pertama 2022.

Capaian tersebut memperkokoh struktur keuangan Antam yang tercermin dari posisi saldo kas dan setara kas pada akhir periode semester satu 2023 yang mencapai Rp 6,58 triliun, tumbuh signifikan 104% dari posisi yang sama tahun sebelumnya.

 

Secara terpisah Analis Mirae Asset Sekuritas Rizkia Darmawan mengatakan, Antam sebagai perusahaan pertambangan terintegrasi akan diuntungkan dari ekspansi hilirisasi nikel Indonesia. Dalam jangka pendek hingga menengah, diperkirakan pendorong pertumbuhan utama ANTM akan berasal dari kapasitas smelter FeNi tambahan sebesar 13.500 ton, yang diharapkan akan beroperasi penuh pada tahun 2024.

Di masa depan, integrasi ANTM di Indonesian Battery Corporation (IBC) juga akan menjadi pendorong utama pertumbuhan laba bersih perusahaan.

Antam adalah salah satu produsen nikel terbesar di Indonesia dan dunia, dengan perkiraan kapasitas produksi tahunan lebih dari 9 juta ton bijih nikel dan 40.500 ton feronikel.

Meski demikian saat ini, di industri nikel global ada kekhawatiran kelebihan produksi yang sedang berlangsung di pasar nikel global karena ekspansi besar-besaran smelter nikel Indonesia yang menghasilkan produk nikel kelas dua.

Dengan demikian, Rizkia memperkirakan bahwa harga nikel global mungkin tidak akan melihat kenaikan yang signifikan untuk sisa tahun ini. Diperkirakan harga nikel LME rata-rata pada tahun 2023 akan berada di US$ 22.000 per ton.

“Meskipun demikian, kami memiliki pandangan yang cukup optimis terhadap pertumbuhan jangka panjang industri nikel Indonesia, terutama jika Indonesia mampu mengkonversi produk nikel kelas dua menjadi nikel kelas satu,” tulisnya dalam riset Rabu (27/9).

Oleh karena itu, Mirae memulai coverage terhadap ANTM dengan rekomendasi trading buy dan target harga Rp 2.175 per saham. Target harga saham tersebut berasal dari EV/EBITDA multiples 10,9x pada EV/EBITDA rata-rata 5 tahun.

“Saat ini ANTM diperdagangkan di 7,8x EV/EBITDA, 11,9x P/E, masih cukup murah, menurut kami,” ucap Rizkia.

Pada perdagangan Selasa (26/9) saham ANTM ditutup turun 0,54% ke posisi Rp 1.840 per lembar. Secara tahun berjalan saham ANTM sudah ambles 7,07%.