Emiten bahan makanan olahan, PT Sekar Laut Tbk akan melakukan pecah saham atau stock split dengan rasio 1 banding 10. Menyusul rencana tersebut, saham emiten dengan kode saham SKLT itu naik kencang hingga menyentuh auto reject atas (ARA) pada awal perdagangan Senin (2/10) usai terbang 24,6% ke posisi Rp 2.930 per lembar.
Dengan skenario tersebut, harga saham perseroan akan menjadi Rp 200-300 per lembar dari harga saat ini Rp 2.000-3.000 per lembar. Selain itu, harga nominal akan menjadi Rp 50 dari saat ini Rp 500.
“Direksi melihat bahwa saham perseroan selama ini terus meningkat seiring dengan pertumbuhan usaha perseroan dan peningkatan laba bersih dari tahun ke tahun. Harga saham yang sebelumnya Rp 500 sekarang telah bergerak di kisaran Rp 2.500. Karena itu direksi memandang perlu mengambil tindakan agar saham perseroan lebih terjangkau,” ujar Direktur Sekar Laut John Canfi Gozal dalam keterbukaan informasi BEI dikutip Senin (2/10).
Jika rencana aksi korporasi tersebut mendapat lampu hijau dari investor pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) 9 November 2023, maka saham yang beredar akan menjadi 6,90 miliar lembar. Menanjak signifikan dari sebelum pemecahan nilai saham yang hanya 690,74 juta lembar.
Pemecahan saham kalau tidak meleset dari skema akan dilaksanakan pada 21 November 2023. Sebelumnya pada 13 September 2023 rencana tersebut sudah mendapat persetujuan prinsip dari BEI.
“Rencana aksi korporasi dalam jangka waktu 6 bulan setelah tanggal pelaksanaan pemecahan saham. Lalu saat ini, belum ada rencana korporasi yang hendak dilaksanakan setelah stock split,” kata John.
Adapun perdagangan saham dengan nominal baru pasar reguler dan pasar negosiasi pada 22 November 2023. Lalu perdagangan saham di pasar tunai mulai pada 24 November 2023.
Secara terpisah, BEI telah memberi lampu hijau bagi Sekar Laut untuk stock split 1 saham menjadi 10 lembar. Namun otoritas Bursa akan terus memantau pergerakan harga saham dan kondisi fundamental sampai dengan memperoleh persetujuan atas rencana perubahan nilai nominal dalam RUPS.
Jika pada saat penyampaian permohonan pencatatan SKLT mengalami salah satu kondisi, seperti pergerakan harga saham yang menyebabkan harga saham perseroan di bawah harga teoretis atau volatilitas harga atas saham atau perubahan material atas kondisi fundamental perseroan, maka BEI dapat meminta perseroan untuk menunda pelaksanaan perubahan nilai nominal.
“Bursa meminta komitmen perseroan dan pemegang saham pengendali untuk dapat senantiasa menjaga perdagangan efek yang wajar, teratur, dan efisien. Sehingga tidak merugikan kepentingan publik,” ucap Direktur BEI Sunandar.
Terkait kinerja keuangan, Sekar Laut mencatat, pada triwulan satu 2023 perseroan meraih penjualan sebesar Rp 463 miliar dengan laba bersih Rp 22 miliar. Jumlah tersebut mengalami pertumbuhan 20 persen dibanding periode yang sama tahun 2022.
Sementara selama tahun 2022, perseroan membukukan penjualan sebesar Rp 1,5 triliun atau naik double digit dibanding tahun 2021. Sedangkan laba bersih tahun lalu sebesar Rp 75 miliar turun dari tahun 2021 yang sebesar Rp 85 miliar.
“Penurunan laba tahun lalu karena beban usaha mengalami kenaikan. Tahun ini kami optimis akan tumbuh lagi. Karena kondisi ekonomi tumbuh lebih baik,” kata John.
Untuk mencapai target tersebut, perseroan mengalokasikan belanja modal (Capex) sebesar Rp 50 miliar. Dana tersebut untuk melakukan peremajaan beberapa mesin produksi krupuk maupun sambal, lalu membangun beberapa gudang baru di luar pulau Jawa.
Saat ini Sekar Laut masih fokus menggarap pasar domestik. Sebab dari total kapasitas terpasang produk sambal 17 ribu ton dan krupuk 15 ribu ton, saat ini sekitar 85 persen dilempar di pasar domestik. Sisanya di ekspor ke sejumlah negara seperti Inggris, Australia, Asia dan Korea.
Dengan lisensi merek Finna, PT Sekar Laut Tbk telah menghasilkan berbagai macam variasi krupuk dan produk makanan lain seperti bumbu siap saji, sambal dan saos.