PT Timah Tbk (TINS) membukukan pendapatan sebesar Rp 6,4 triliun dengan EBITDA sebesar Rp 708,1 miliar dan rugi tahun berjalan Rp 87,4 miliar sampai kuartal tiga 2023.

Harga logam timah dunia terus tertekan akibat penguatan mata uang Amerika Serikat dan lambatnya pemulihan perekonomian Cina, serta lemahnya permintaan timah karena tingginya persediaan London Metal Exchange.

Hal tersebut berdampak pada menurunnya ekspor timah Indonesia dari kuartal dua 2023 sampai dengan kuartal tiga 2023, khususnya ekspor timah TINS ke beberapa negara.

“Di tengah perlambatan ekonomi serta lemahnya permintaan logam timah global, perseroan konsisten menjalankan efisiensi di segala lini bisnis. Manajemen optimis target efisiensi akan tercapai dan memberikan kontribusi terhadap kinerja perseroan,” ujar Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT Timah Tbk Fina Eliani dalam keterangan resmi, dikutip Rabu (1/11).

TINS mencatat produksi bijih timah sebesar 11.201 ton atau tercapai 77% pada kuartal tiga 2023 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 14.502 ton.

Adapun produksi logam timah sebesar 11.540 metrik ton atau tercapai 82% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 14.130 metrik ton. Serta penjualan logam timah sebesar 11.100 metrik ton atau tercapai 72% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 15.325 metrik ton.

Harga jual rerata logam timah sebesar US$ 27.017 per metrik ton atau lebih rendah 23% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 35.026 per metrik ton.

Pada periode Januari hingga September 2023, TINS mencatatkan ekspor timah sebesar 92% dengan enam besar negara tujuan ekspor. Meliputi Jepang 16%, Korea Selatan 13%, Belanda 11%, India 9%, Taiwan 9%, dan Amerika Serikat 8%.

Posisi nilai aset perseroan pada kuartal tiga 2023 sebesar Rp 12,7 triliun, sementara posisi liabilitas sebesar Rp 6,1 triliun, naik 0,9% dibandingkan posisi akhir tahun 2022 sebesar Rp 6 triliun. Di samping itu, pinjaman bank dan utang obligasi pada kuartal tiga menjadi Rp 2,9 triliun dari sebelumnya Rp 2,8 triliun.

Posisi ekuitas sebesar Rp 6,6 triliun, turun 5,7% dibandingkan posisi akhir tahun 2022 sebesar Rp 7 triliun seiring dengan pembagian dividen yang sudah dibayarkan sebesar Rp 312,5 miliar.

Indikator keuangan perseroan masih menunjukkan hasil yang baik terlihat dari beberapa rasio keuangan penting. Di antaranya Quick Ratio sebesar 25%, Current Ratio sebesar 153%, Debt to Asset Ratio sebesar 23%, dan Debt to Equity Ratio sebesar 44%.