PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dinilai masih punya ruang yang lebar untuk terus bertumbuh setelah berkongsi dengan TikTok. Kerja sama ini menciptakan sinergi yang kuat antara dua platform besar tersebut untuk memenangkan pasar e-commerce Indonesia.
Menilik potensi tersebut, BRI Danareksa merevisi naik target harga saham emiten gabungan Gojek dan Tokopedia tersebut. Ia merekomendasikan beli saham GOTO dengan target harga yang baru sebesar Rp 125, dari sebelumnya Rp 98 per lembar.
“Target itu berdasarkan SOTP e-commerce dinilai berdasarkan rata-rata 12,5x EV/EBITDA 2025, Gojek dinilai berdasarkan rata-rata 2,6x price to sales ratio pada tahun 2025. Kemudian fintech berdasarkan rata-rata 9,7x price to sales ratio pada tahun 2025,” kata Analis BRI Danareksa Sekuritas Niko Margaronis dalam risetnya, Rabu (20/12).
GOTO menurutnya sedang dalam perjalanan untuk mencapai penyesuaian EBITDA positif pada salah satu sisi e-commerce. Apalagi TikTok dan GOTO menguasai bisnis e-commerce sebanyak 11% dan 23% sampai dengan kuartal tiga 2023. Gabungan keduanya menghasilkan pangsa pasar sebesar 34% di Indonesia. Adapun induk TikTok Shop memiliki dana segar hingga US$ 5 miliar per Juni 2023 untuk memperluas ekspansi bisnis. Selain itu, jumlah pengguna TikTok mencapai 125 juta akun di Indonesia.
Di sisi lain, kolaborasi antara GOTO, TikTok dan Universitas Gadjah Mada (UGM) dalam mendirikan GoTo x TikTok x UGM Technology Center diharapkan mampu menjadi jawaban atas tingginya kesenjangan talenta digital di Indonesia di tengah upaya mendorong digitalisasi ekonomi.
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi digital ekonomi yang besar. Berdasarkan laporan Google, Temasek, dan Bain & Company pada 2023, gross merchandise value (GMV) ekonomi digital pada tahun ini diperkirakan sebesar US$ 82 miliar. Pada 2025, GMV ekonomi digital diperkirakan naik menjadi US$ 109 miliar. Nilai ekonomi digital Indonesia diperkirakan tumbuh menjadi kisaran US$ 210 miliar sampai US$ 360 miliar pada 2030 mendatang.
Potensi pertumbuhan ekonomi digital tersebut juga dibarengi dengan meningkatnya kebutuhan talenta digital. Sayangnya, pasokan talenta digital lokal masih kurang mencukupi. Bank Dunia dan McKinsey menunjukkan bahwa Indonesia membutuhkan 9 juta talenta digital pada 2030.
Jika dirata-rata, kebutuhan talenta digital ini mencapai 600.000 orang per tahun. Sayangnya, hingga saat ini, perguruan tinggi di Indonesia hanya mampu menyuplai sekitar 100.000-200.000 talenta digital per tahun. Artinya, terdapat gap sebesar 400.000-500.000 talenta digital per tahun.
Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda mengakui, kesenjangan atau gap talenta digital di Indonesia terbilang tinggi. Itu sebabnya, pekerja asing di industri teknologi informasi dan komunikasi (TIK) cukup marak.
Berdasarkan data, kata Huda, sebanyak 60% perusahaan fintech mengaku kesulitan mendapatkan talenta di bidang data programming dan data analytics. Tak heran, perusahaan fintech kemudian merekrut tenaga kerja asing untuk menutup kesenjangan tersebut.
"Kerja sama GoTo, TikTok, dan UGM dalam membangun pusat pengembangan talenta digital diharapkan bisa menghadirkan talenta-talenta digital lokal yang akan mengisi kesenjangan tersebut," ujar Huda.
Sehingga nantinya sambung ia akan ada semakin banyak platform digital yang muncul. Lebih banyak perusahaan digital yang memiliki talenta berkualitas. Ini semua akan menjadi penopang dan memberikan efek positif bagi ekonomi digital Indonesia ke depan.
Sebelumnya pada Jumat (15/12) lalu, GoTo, TikTok, dan UGM teken nota kesepahaman (MoU) untuk mendirikan GoTo x TikTok x UGM Technology Center sebagai pusat pengembangan talenta digital di Galeri Inovasi dan Kreativitas (GIK) UGM. GoTo x TikTok x UGM Tehcnologi Center akan dibuka bersamaan dengan penyelesaian pembangunan GIK UGM pada Februari 2024.
"GoTo x TikTok x UGM Technology Center merupakan bukti nyata komitmen bersama Grup GoTo dan TikTok dalam mendukung peningkatan kompetensi talenta digital Indonesia di era transformasi teknologi, yang sejalan dengan visi UGM sebagai mitra kami," kata Chief Technology Officer Grup GoTo Herman Widjaja.