PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mencatatkan laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp 6,1 triliun. Perolehan laba perusahaan pelat merah ini merosot 51,41% per 2023 jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 12,56 triliun.
Menelisik laporan keuangan perseroan, pendapatan perusahaan tercatat Rp 38,48 triliun sepanjang 2023. Raihan pendapatan ini turun 9,75% dibandingkan periode yang sama 2022 yakni Rp 42,64 triliun.
Jika dirinci, total pendapatan dari penjualan batu bara yaitu Rp 37,97 triliun, turun 9,8% dari 2022 senilai Rp 42,09 triliun. Hasil ini terbagi atas raihan pendapatan dari pihak berelasi Rp 18,2 triliun dan pihak ketiga Rp 19,76 triliun.
Pendapatan juga diraih dari total pendapatan dari aktivitas lainnya Rp 516,83 miliar. Nilai ini terbagi dari pendapatan pihak berelasi sebesar Rp 40,8 miliar dan pihak ketiga Rp 476,03 miliar.
Dari pihak berelasi, perusahaan memperoleh pendapatan terbanyak dari Perusaaan Listrik Negara atau PLN Grup sejumlah Rp 12,38 triliun dari sebelumnya Rp 10,75 triliun.
PTBA turut mencatatkan beberpa beban yang dibukukan dalam kinerja keuangan sepanjang 2023. Beban pokok pendapatan yang berasal dari biaya produksi Bukit Asam sejumlah Rp 29,31 triliun. Nilai ini membengkak dibanding beban pokok pendapatan tahun sebelumnya Rp 24,68 triliun.
Beban biaya produksi terbanyak berasal dari jasa penambangan Rp 11,1 triliun dari sebelum Rp 9,57 triliun.
Lalu terdapat beban umum dan administrasi sebesar Rp 1,93 triliun sepanjang 2023 dari sebelum Rp 2,39 truliun. Selanjutnya beban penjualan dan pemasaran senilai Rp 656,36 miliar dari sebelum Rp 953,12 miliar.
Ekuitas Bukit Asam menurun 25,42% menjadi Rpp 21,56 triliun dibandingkan Desember 2022 yakni Rp 28,91 triliun. Sementara liabilitas perusahaan naik 4,61% dari sebelumnya yakni Rp 16,44 triliun. Jumlah aset Bukit Asam tercatat sebesar Rp 38,76 triliun, turun 14,53% dari sebelumnya Rp 4,53 triliun.