PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI) merespons perihal beredarnya kabar perusahaan yang akan kembali menambah modal dengan skema hak memesan efek terlebih dahulu atau rights issue yang ketiga. Dari aksi korporasi ini, PANI berpotensi menggalang dana jumbo sekitar Rp 10 triliun.
Sekretaris Perusahaan Pantai Indah Kapuk Dua Christy Grassela menuturkan, perusahan selalu mempertimbangkan rencana ekspansi. "Khusus untuk rights issue PANI belum ada rencana konkret," kata Christy Grassela kepada Katadata.co.id, melalui pesan singkat, Selasa (23/4).
Sebagaimana diketahui, emiten yang terafiliasi dengan konglomerat Sugianto Kusuma alias Aguan dan Grup Salim ini sebelumnya menggelar Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada September 2023 dan mengesahkan persetujuan rights issue yang kedua.
PANI menawarkan 2,09 miliar saham biasa dengan nominal Rp 100 per saham atau mewakili 13,42% dari jumlah saham perseroan. Dengan harga pelaksanaan rights issue Rp 5.000 per lembarnya, PANI meraup dana sebesar Rp 10,5 triliun.
Jika merujuk pada ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), perusahaan baru dapat meminta persetujuan terkait transaksi material setahun setelahnya atau pada September 2024 nanti.
Mengemukanya kabar aksi korporasi ini terjadi setelah pemerintah menetapkan proyek Pantai Indah Kapuk (PIK) Tropical Concept sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN) yang tentu saja membutuhkan pendanaan jumbo. Maka dari itu, perusahaan berpotensi menyerap investasi modal dari swasta maupun asing.
"Perhitungan sementara total investasi mencapai sekitar Rp 40 triliun dan akan dibangun mulai tahun 2024, ditargetkan selesai pada tahun 2060," kata Christy kepada Katadata, Senin (25/3) yang lalu.
Dalam perencanaan total investasi tersebut akan menggunakan dana dari pihak swasta dan tidak ditargetkan menggunakan APBN maupun APBD. "Masih terbuka untuk investasi dari pihak luar, karena pertimbangan waktu pekerjaan tahun-tahun ini dikerjakan oleh PIK2 dulu," tuturnya.
Berdasarkan data perdagangan sampai dengan pukul 15.35 WIB, harga saham PANI naik 0,97% ke level Rp 5.225 dari level harga penutupan Senin (22/4) yakni Rp 5.175 per saham.
Dari awal perdagangan sahamnya sudah berada di zona hijau dengan Rp 5.175 per saham sebagai level paling rendah dan Rp 5.425 sebagai level tertinggi. Volume saham yang diperdagangkan 6,79 juta unit senilai Rp 35,89 miliar. Sementara itu, frekuensi perdagangan mencapai 2.344 kali dengan nilai kapitalisasi pasar Rp 81,26 triliun.