PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO) kembali mempertahankan peringkat perusahaan dan peringkat atas efek utang Medium Term Notes (MTN) idAAA PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau Mitratel.
Prospek untuk peringkat perusahaan adalah stabil. Rating perusahaan berlaku mulai 3 April 2024 – 1 April 2025. Sedangkan, rating MTN berlaku 3 April 2024 – 6 Oktober 2024.
Kedua rating ini merupakan hasil tinjauan PEFINDO atas kinerja keuangan Mitratel sepanjang tahun 2023, berlanjut pada kuartal pertama 2024 serta prospek bisnis ke depan.
“Peringkat mencerminkan posisi pasar Mitratel yang superior, visibilitas pendapatan, serta profil keuangan yang kuat. Peringkat tersebut dibatasi oleh rasio tenancy yang relatif rendah,” tulis publikasi PEFINDO, dikutip Selasa (30/4).
Menanggapi hal ini, Direktur Investasi Mitratel, merangkap Sekretaris Perusahaan, Hendra Purnama memberikan apresiasi kepada PEFINDO yang telah melakukan afirmasi ulang peringkat Mitratel yaitu idAAA.
Selama tiga bulan pertama 2024, Mitratel merap pendapatan sebesar Rp2,2 triliun, tumbuh 7,3% YoY (year on year). Sementara profil pendapatan masih disokong oleh bisnis sewa menara sebesar Rp1.83 triliun, meningkat 5,4 YoY%.
Pada 2024 ini cukup berbeda bila dibandingkan dengan 2023, di mana bisnis fiber Mitratel memperlihatkan pertumbuhan yang tinggi ini dan menjadi mesin pertumbuhan baru bagi perseroan. Bisnis fiber berhasil mencatatkan pendapatan sebesar mencapai Rp85 miliar, dan tumbuh 148,8% YoY.
Pertumbuhan di sisi pendapatan berhasil diimbangi dengan pengelolaan biaya secara lebih efisien. Alhasil, perseroan mampu membukukan EBITDA senilai Rp 1,84 triliun, melonjak 9,9%. EBITDA Margin ikut meningkat 2,0 poin menjadi 83,5%. Berbagai pencapaian ini menghasilkan laba bersih senilai Rp521 miliar, tumbuh 4,0% dari periode yang sama tahun lalu senilai Rp501 miliar.
Kinerja Mitratel sepanjang tahun 2023 membukukan pertumbuhan dua digit masing-masing pada pos pendapatan, EBITDA dan laba bersih. Kinerja ini kemudian berlanjut pada kuartal pertama 2024.
Dari sisi jumlah kepemilikan menara, MTEL menguasi 38.135 menara hingga akhir Maret 2024, bertambah 0,3% dari posisi akhir Desember 2023. Sebanyak 41% menara berada di Jawa, sedangkan 59% sisanya tersebar di luar Jawa.
Lalu, panjang fiber optik perseroan mencapai 36.257 kilometer. Jika dihitung dari akhir Desember 2023 atau year to date (ytd), Mitratel berhasil menambah panjang fiber optik hingga 3,736 kilometer, tumbuh 11,5%.
Seiring pertumbuhan aset menara dan fiber optik, Mitratel mencatatkan kenaikan jumlah penyewa (tenant) dari 57.409 pada akhir Desember 2023 menjadi 57.808 pada akhir Maret 2024, atau bertambah 399 tenant dalam satu kuartal. Sedangkan kolokasi meningkat 1,4% dari 19.395 menjadi 19.673 pada kurun waktu yang sama. Hal ini membuat tenancy ratio naik menjadi 1,52x.
Didirikan pada tahun 1995, Mitratel merupakan entitas anak perusahaan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM). Pada 2021, Mitratel melaksanakan penawaran umum perdana saham (initial public offering atau IPO). Per 31 Desember 2023, pemegang saham Mitratel terdiri dari TLKM (71,85%), publik (15,44%), PT Maleo Investasi Indonesia (5,98%), dan Government of Singapore (5,65%).