PT Indofarma Tbk (INAF) akhirnya membocorkan pelaku yang diduga terlibat dalam kecurangan laporan keuangan atau fraud di perusahaan farmasi itu.
Direktur Utama Indofarma, Yeliandriani membenarkan para pelaku fraud tersebut berasal dari jajaran internal manajemen INAF. Tak hanya itu, jumlah oknum yang terlibat fraud itu sebanyak lima orang. Hal itu diketahui setelah dirinya membaca laporan hasil audit investigasi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terkait dugaan fraud.
"Yang terlibat dalam fraud ini hanya lima orang saja, orangnya sekarang sudah keluar (dari manajemen Indofarma)," ujar Yeliandriani, dalam Rapat Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Rabu (19/6).
Selain itu, dia juga menyatakan bahwa kelima orang tersebut berasal dari kelompok yang memiliki wewenang besar dalam manajemen perusahaan Indofarma. Akan tetapi, dia yakin bahwa manajemen INAF saat ini sudah bebas dari komplotan tersebut.
Namun ketika wartawan ingin menegaskan lebih lanjut, Yeliandriani dan Corporate Secretary INAF Warjoko Sumedi justru mangkir.
Di samping itu, Kinerja emiten farmasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu juga terus merugi sejak 2021 hingga tahun buku 2023 di tengah merosotnya pendapatan. Shadiq Akasya mengatakan kerugian Indofarma pada tahun buku 2023 membengkak 41% menjadi Rp 604 miliar dari periode sama tahun sebelumnya Rp 428 miliar. Shadiq menuturkan, kerugian anak usaha Bio Farma tersebut karena adanya penyisihan piutang sebesar Rp 46 miliar dan biaya-biaya terkait pajak sebesar Rp 120 miliar.
“Kinerja indofarma mengalami tren menurun sejak tahun 2021 hingga 2023, baik secara pendapatan maupun profitabilitas,” kata Shadiq.
Tak hanya itu, pendapatan INAF pada 2023 sebesar Rp 524 miliar turun sebesar 54,2% dari sebelumnya tercatat Rp 1,14 triliun pada 2022. Ia menyebut pendapatan ini didominasi oleh penjualan produk dalam negeri sebesar Rp 501 miliar. Sementara itu, pendapatan dari produk ethical sebesar Rp 311 miliar.
Indofarma juga mencatat pendapatan ekspor meningkat menjadi sebesar Rp 22 miliar pada 2022. Laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) Indofarma tahun 2023 negatif sebesar Rp 293 miliar, membaik dibandingkan tahun sebelumnya yang negatif Rp 361 miliar. Hal ini disebabkan adanya penurunan beban pemasaran dan distribusi seiring penurunan penjualan dan efisiensi atas berbagai operasional kantor.