Direktur Utama PT Jababeka Tbk (KIJA) Setyono Djuandi Darmono menyebut penurunan harga saham perusahaan terjadi karena perusahaan absen bagi dividen selama tujuh tahun. Pembagian dividen salah satu tujuannya untuk menjaga kepercayaan investor.
"Kami tidak bagi dividen jadi dianggap jelek sehingga saham turun, tapi kami berusaha untuk bagi dividen saat cetak laba," kata Darmono kepada wartawan dalam media gathering, Rabu (17/9).
Data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (18/7), menunjukkan saham KIJA yang anjlok 8,67% atau 13 poin ke level Rp 137 per saham. Bahkan, KIJA sempat terperosok ke level Rp 128 per saham.
Menelisik data kinerja pergerakan harga sahamnya, selama sepekan saham Jababeka terkoreksi 4,2%. Namun, dalam sebulan terakhir harga saham KIJA meningkat 19,13%. Adapun kinerja saham KIJA dalam lima tahun terakhir merosot 45,63%.
Walau begitu Darmono belum bisa menargetkan untuk kembali membagikan dividen. Tapi, ia memastikan perusahaan akan kembali membagikan dividen dan optimistis bisa mencetak laba. Hal ini membuktikan komitmen KIJA kepada pemegang sahamnya. Darmono yakin ketika Jababeka kembali mengantongi profit, dividend pay out ratio (DPR) bisa mencapai 35% dari laba.
Rekam jejak Jababeka menunjukkan emiten pengelola kawasan industri ini terakhir kali membayarkan dividen kepada pemegang sahamnya pada 2017. Saat itu Jababeka membayarkan saham Rp 52,39 miliar dari laba tahun buku 2016.
Namun, dividen yang dibagikan kepada para investor berupa dividen saham. Dividen saham merupakan keuntungan bagi pemegang saham dalam bentuk saham bukan berupa uang tunai.