Produsen rokok PT Gudang Garam Tbk (GGRM) memutuskan untuk tidak membagikan dividen untuk tahun buku 2023 karena mengantisipasi kenaikan suku bunga pinjaman. Perusahaan akan menggunakan laba ditahan untuk memperkuat permodalan dan menurunkan rasio utang terhadap modal (DER).
Heru Budiman, Direktur dan Corporate Secretary GGRM, mengatakan keputusan perusahaan untuk tidak membagikan dividen terjadi atau terdorong oleh peningkatan suku bunga pinjaman yang terlihat pada awal 2023 hingga memasuki tahun 2024. Ia juga mengungkapkan bahwa kondisi ekonomi ke depan, termasuk pengaruh dari kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat atau The Fed terkait suku bunga acuannya masih belum jelas.
"Kami menunjukkan sikap yang berhati-hati dengan tidak membagikan dividen. Kalau pinjaman kami suku bunganya naik, itu bisa menjadi kendala," ujar Heru dalam Public Expose Live 2024, di Jakarta, Kamis (29/8).
Laba perusahaan yang tidak dibagikan itu akan menjadi laba ditahan yang masuk ke dalam modal (ekuitas) perusahaan. "Dengan ekuitas yang bertambah, maka debt to equity ratio perusahaan bisa menurun," kata Heru.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, GGRM mencatat beban bunga pada semester I 2024 mencapai Rp 363 miliar, naik 13,79% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu Rp 319 miliar. Namun, Heru menyebut beban bunga itu masih dapat dikelola dengan baik (well managed).
Per 30 Juni 2024, emiten rokok ini memiliki pinjaman bank jangka pendek senilai Rp 8,45 triliun. Angka ini menunjukkan penurunan sebesar 27% dibandingkan dengan semester I 2023 yang sebesar Rp 11,58 triliun.
Tahun ini, Gudang Garam juga belum berencana melakukan pembelian kembali (buyback) saham. Sejak awal tahun ini, harga saham GGRM sudah turun sekitar 24,52%. Pada perdagangan Kamis (29/8) hingga pukul 13.45 WIB, harga saham GGRM turun 1,1% ke level Rp 15.700.