Bank Indonesia telah mengantongi komitmen dari Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve untuk memperoleh dolar AS melalui repurchase line agreement sebesar US$ 60 miliar. Kerja sama ini dapat membantu BI untuk menstabilkan nilai tukar rupiah jika dibutuhkan.
"Komunikasi dengan The Fed sudah mencapai kesepatan dan mereka berkomitmen menyediakan repo line dengan jumlah sebesar US$ 60 miliar," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (7/4).
Perry menjelaskan, kerja sama tukar menukar mata uang ini hanya diberikan The Fed pada beberapa negara emerging market. Ini menunjukkan bahwa The Fed memiliki kepercayaan terhadap BI maupun sistem keuangan Indonesia.
"Jadi kalau BI butuh likuiditas dolar AS, bisa digunakan dengan cara menukarkan cadangan devisa kita dalam bentuk treasury AS," kata Perry.
(Baca: Investor Asing Jual Saham Rp 404,2 Miliar, IHSG Ditutup Turun 0,69%)
Dari total cadangan devisa Indonesia sebesar US$ 121 miliar, mayoritas sebenarnya berbentuk likuid yang dapat digunakan langsung untuk menstabilkan nilau tukar rupiah. Sedangkan sisanya, dalam bentuk aset lain yang dapat memberikan keuntungan, salah satunya surat berharga atau trasury AS.
Selain repo line dengan The Fed, BI juga sudah memiliki billateral swap agreement dengan sejumlah negara, di antaranya Tiongkok sebesar US$ 30 miliar, Jepang sebesar US$ 22,7 miliar, Korea Selatan US$ 10 miliar, dan Singapura sebesar US$ 7 miliar.
Fasilitas tukar menukar mata uang tersebut merupakan bantalan kedua atau second line of defense dalam menstabilkan nilai tukar rupiah. Sementara bantalan pertama atau first line of defense dalam bentuk cadangan devisa, menurut Perry, sejauh ini masih sangat mencukupi.
"BI memandang cadev cukup, tetapi kalau butuh, ada second line of defense," kata dia.
(Baca: Stabilkan Nilai Rupiah, Cadangan Devisa Maret Turun US$ 9,4 Miliar)
Pihaknya pun memastikan akan terus berada di pasar dan melakukan intervensi tiga lapis atau triple intervention jika dibutuhkan. Intervensi dilakukan melalui pasar spot, surat berharga negara, dan domestic non-delivery forward atau DNDF.
BI sebelumnya mengumumkan posisi cadangan devisa pada akhir Maret sebesar US$ 121 miliar, turun US$ 9,4 miliar. Penurunan terjadi seiring intervensi BI untuk menstabilkan rupiah dan memenuhi kebutuhan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Adapun pada perdagangan sore ini di pasar spot, nilai tukar rupiah menguat 1,29% ke posisi Rp 16.200 per dolar AS.