AS Gelontorkan Stimulus, Rupiah Melemah Tembus Rp 15.200 per Dolar

ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Ilustrasi. Nilai tukar rupiah hari ini sempat dibuka menguat 0,57% ke posisi Rp 15.085 per dolar AS sebelum melemah menembus Rp 15.215 per dolar AS.
18/3/2020, 09.11 WIB

Nilai tukar rupiah pada perdagangan pagi ini di pasar spot melemah 0,28% ke level Rp 15.215 per dolar AS. Rupiah terteken sentimen rencana stimulus pemerintah dan bank sentral Amerika Serikat. 

Mengutip Bloomberg,  rupiah sempat dibuka menguat 0,57% ke posisi Rp 15.085 per dolar AS. Namun bergerak melemah hingga ke posisi Rp 15.215 per dolar AS hingga pukul 09.00 WIB.

Sejumlah mata uang Asia juga turut melemah terhadap dolar AS. Dolar Hong Kong melemah 0,02%, yuan Tiongkok 0,13%, ringgit Malaysia 0,14%, dolar Taiwan 0,01%, dan baht Thailand 0,12%.

Sementara sebagian lainnya masih menguat. Yen Jepang naik 0,41%, doalar Singapura 0,1%, won Korea Selatan 0,59%, dan peso Filipina 1,11%.

(Baca: Pandemi Corona, The Fed Keluarkan Kebijakan ala Krisis Keuangan 2008)

Vice President Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menjelaskan pergerakan rupiah dan aset berisiko lainnya hari ini dipengaruhi oleh pengumuman stimulus pemerintah AS. "Terpicu oleh pengumuman stimulus pemerintah AS sebesar US$ 1 triliun semalam," ujar Tjendra kepada Katadata.co.id, Rabu (18/3).

Stimulus fiskal yang dikeluarkan pemerintah AS dinilai dapat membantu menahan pelemahan rupiah hari ini. AS berencana menggelontorkan stimulus sebesar US$ 1 triliun dalam bentuk dana tunai US$ 1.000 untuk orang Amerika, serta bailout untuk perusahaan penerbangan dan hotel.  

Sementara Bank Sentral AS mengeluarkan kebijakan era krisis keuangan 2008 yakni bakal membeli surat utang atau commercial paper agar perusahaan-perusahaan tetap dapat membayar gaji pegawai dan beroperasi di tengah pandemi corona.

Namun, kekhawatiran pasar mengenai dampak negatif corona terhadap perekonomian akan menghalangi penguatan aset berisiko tersebut.

(Baca: Warga AS Bakal Dapat Bantuan Rp 15 Juta untuk Hadapi Pandemi Corona)

Adapun S&P global mengumumkan hasil riset nya kemarin malam bahwa ekonomi global akan mengalami resesi di tahun 2020 ini. "Resesi diperkirakan terjadi karena dampak virus corona," kata dia.

S&P Global juga memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi negara besar seperti Tiongkok, AS dan Zona Eropa. Proyeksi pertumbuhan global 2020 oleh S&P yang sebelumnya di Des 2019 tumbuh 3,3%, revisi terbaru menyebutkan hanya tumbuh 1-1,5%.

Sementara perekonomian Tiongkok direvisi hanya tumbuh 2,7-3,2% dari sebelumnya 5,7%, ekonomi AS diperkirakan stagnan hingga turun 0,5% dari sebelumnya tumbuh 1,9%, sementara ekonomi Zona Eropa diperkirakan turun 0,5% hingga 1%  dari sebelumnya tumbuh 1%.

Tjendra pun memproyeksikan rupiah hari ini berpotensi bergerak di kisaran Rp 15.000 - 15.270 per dolar AS.

Reporter: Agatha Olivia Victoria