Banyak Stimulus, Defisit APBN Berpotensi Bengkak Rp 125 T

ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/ama.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut stimulus fiskal dan nonfiskal terbaru yang dikeluarkan pemerintah berfokus pada sektor industri manufaktur senilai Rp 22,9 triliun.
13/3/2020, 16.33 WIB

Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara pada tahun ini berpotensi meningkat 0,8% terhadap Produk Domestik Bruto. Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut defisit APBN bakal melebar seiring kebijakan pemerintah menggelontorkan stimulus untuk menangkal dampak virus corona.

"Dari sisi stimulus fiskal dan nonfiskal yang sudah diberikan, keseluruhan kebijakan APBN akan membuat defisit sekitar  2,5%, atau Rp 125 triliun tambahan defisitnya," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers di Kantor Kementerian Bidang Perekonomian, Jakarta, Jumat (13/3).

Stimulus fiskal dan nonfiskal terbaru yang dikeluarkan pemerintah berfokus pada sektor industri manufaktur senilai Rp 22,9 triliun. Sebelumnya pemerintah juga telah memberikan stimulus senilai Rp 10,2 triliun dengan fokus sektor pariwisata.

Stimulus fiskal yang baru diumumkan pemerintah, yakni pembebasan sementara Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 untuk seluruh pekerja industri pengolahan, penundaan pengenaan PPh Pasal 22 Impor, pemberlakuan skema pengurangan PPh Pasal 25 Badan sebesar 30%, dan relaksasi restitusi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dalam bentuk percepatan dan penaikkan batas maksimum restitusi.

(Baca: Guyuran Stimulus Global Tahan Penurunan Bursa Saham Asia)

Selain stimulus fiskal, Sri Mulyani juga memberikan empat stimulus nonfiskal. Pertama, penyederhanaan dan pengurangan jumlah larangan dan pembatasan aktivitas ekspor. Kedua, penyederhanaan dan pengurangan jumlah larangan dan pembatasan aktivitas impor.

Halaman:
Reporter: Agatha Olivia Victoria