Lembaga pemeringkat Moody’s menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 4,9% menjadi 4,8% pada tahun ini. Virus corona menjadi pemicu koreksi tersebut karena menyebabkan perlambatan aktivitas ekonomi global.
“Risiko resesi global telah meningkat. Semakin lama wabah ini terjadi akan mempengaruhi kegiatan ekonomi, permintaan terganggu dan mengarah ke resesi,” demikian tertulis dalam laporan Moody’s Investors Service berjudul Global Macro Outlook 2020-21, Jumat (6/3) lalu.
Moody’s Corporation (NYSE: MCO) adalah induk dari Moody’s Investor Service yang menyediakan jasa analisis keuangan dan analisis atas lembaga usaha dan lembaga pemerintah. Perusaahan ini juga memberikan peringkat atas kelayakan kredit dari peminjam dengan menggunakan peringkat standar.
Perusahaan ini memiliki kontribusi sekitar 40% terhadap pangsa pasar pemeringkat kredit dunia. Pesaing terdekatnya adalah Standard & Poor’s (S&P) dan Fitch Group.
(Baca: Kasus Suspek Corona Bertambah, Rupiah Melemah ke Level Rp 14.255)
Moody's didirikan pada tahun 1909 oleh John Moody. Lembaga yang juga turut memiliki Moody's ini termasuk Berkshire Hathaway milik Warren Buffet dan Davis Selected Advisers.
Pada January 1977, Moody's melakukan akuisisi atas 99% saham PT Kasnic Rating Indonesia dan menjadikannya sebagai anak perusahaan Moody's Corporation dengan nama PT Moody's Indonesia. Lembaga ini merupakan salah satu pemeringkat yang diakui oleh otoritas keuangan nasional, termasuk Bank Indonesia
Ekonomi Global Lesu
Bukan hanya Indonesia, negara-negara G-20, prediksi pertumbuhan ekonominya hanya 2,1%, turun 0,3% dari angka perkiraaan sebelumnya. Pelemahan ekonomi, terutama akan dirasakan oleh Tiongkok, tempat wabah virus tersebut bermula.
(Baca: Harga Minyak Anjlok Lebih dari 20%, Bursa Saham Asia Pagi ini Rontok)
Penyebaran virus bernama Covid-19 yang telah menyebar ke negara di luar Tiongkok dalam beberapa minggu terakhir telah mengakibatkan kejatuhan ekonomi yang signifikan. Rantai pasokan terganggu dan permintaan konsumsi domestik di negara-negara terdampak saat ini sedang tertekan. Sektor pariwisata dan perdagangan mengalami pelemahan terbesar.
Pertumbuhan ekonomi Tiongkok perkiraannya turun dari 5,2% ke 4,8%. Lalu, Korea Selatan hanya tumbuh 1,4% dari perkiraan sebelumnya di 1,9%. Jepang angkanya di 0%.
Italia diperkirakan akan mengalami resesi. Pertumbuhannya diperkirakan minus 0,5%. Jerman akan mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi yang signifikan, dari perkiraan 1% menjadi 0,3%. Amerika Serikat ekonominya hanya naik 1,5% dari prediksi awal 1,7%.
Di tengah kelesuan ekonomi ini, menurut Moody’s, perekonomian masih bisa diselamatkan dengan kebijakan fiskal dan moneter yang tepat. Hal ini terlihat dari keputusan bank sentral AS, Federal Reserves, memangkas suku bunga 50 basis poin. Pengumuman bank sentral Eropa dan Jepang yang akan membatasi volatilitas pasar keuangan juga menjadi langkah tepat.
(Baca: Indef Sebut Beberapa Industri yang Masih Tumbuh di Tengah Wabah Corona)
Infeksi Virus Corona
Mengutip dari situs Worldometer, virus corona telah menginfeksi 110.051 orang per 9 Maret 2020 pukul 09.00 WIB. Sebanyak 3.828 pasien meninggal dan 62.276 orang dinyatakan sembuh.
Jumlah pasien terbanyak ada di Tiongkok dengan total 80.735 kasus. Nomor dua adalah Korea Selatan sebanyak 7.382 kasus. Di bawahnya adalah Italia dengan 7.375 kasus. Indonesia saat ini sedang menangai 6 kasus pasien terinfeksi virus corona.