Nilai tukar rupiah pada pasar spot sore ini, Selasa (21/1) melemah 0,22% ke level Rp 13.669 per dolar AS. Rupiah melemah tipis seiring aksi investor menarik keuntungan atau profit taking.
Mayoritas mata uang Asia pada turut melemah terhadap dolar AS. Mengutip Bloomberg, dolar Hong Kong turun 0,04%, dolar Singapura 0,22%, dolar Taiwan 0,13%, won Korea Selatan 0,78%, peso Filipina 0,1%, rupee India 0,11%, yuan Tiongkok 0,55%, ringgit Malaysia 0,31%, dan baht Thailand 0,08%. Hanya yen Jepang yang berhasil menguat 0,19%.
Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dolar Rate atau JISDOR,juga menempatkan rupiah melemah 4 poin dari posisi kemarin ke level Rp 13.658 per dolar AS.
(Baca: Rupiah Mengawali 2020 Paling Kuat di ASEAN, Berikut Faktornya)
Direktur Riset Center Of Reform on Economics Piter Abdullah Redjalam mengatakan, setelah penguatan rupiah yang begitu besar, investor mulai melakukan aksi ambil untung. Apalagi tak ada sentimen baru yang menahan laju penguatan rupiah.
"Sehingga berdampak tertahannya penguatan rupiah atau bahkan melemah," kata Piter dalam pesan singkatnya kepada Katadata.co.id, Selasa (21/2).
Menurut Piter, penguatan rupiah cukup tajam sejak akhir tahun lalu. Sepanjang awal tahun ini, rupiah tercatat menguat 1,42%.
(Baca: Sempat Turun, Harga Emas Dunia Diprediksi Lanjutkan Kenaikan Pekan Ini)
Rupiah bahkan sempat tercatat menguat hampir 2% secara year to date dan sempat menyentuh level Rp 13.627 per dolar AS, terkuat sejak Maret 2018. Dalam tiga pekan pertama tahun ini. rupiah menjadi mata uang yang paling kuat terhadap dolar AS di antara mata uang negara ASEAN.
Tahun lalu, performa terbaik mata uang Asia terbaik dimenangkan oleh baht Thailand. Namun, mengawali tahun ini, mata uang Negara Gajah ini berbalik melemah 2,26%. Peso Filipina, dolar Singapura, kip Laos , dan dolar Brunei juga turut melemah.
Sementara itu, ringgit Malaysia, kyat Myanmar, riel Kamboja, dan dong Vietnam menguat tetapi masih dibawah penguatan rupiah.