Nilai tukar rupiah melemah 0,1% menjadi Rp 13.944 per dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan sore ini (6/1). Analis menilai, rupiah melemah karena Iran memberikan sinyal bakal membalas serangan AS.
Selain rupiah, mayoritas mata uang Asia melemah sore ini. Mengutip Bloomberg, dolar Singapura turun 0,04%, dolar Taiwan 0,15%, won Korea Selatan 0,43%, rupee India 0,36%, yuan Tiongkok 0,11%, dan ringgit Malaysia 0,07%.
Meski begitu, ada beberapa mata uang Asia yang menguat terhadap dolar AS. Di antaranyaYen Jepang naik 0,12%, dolar Hong Kong 0,09%, peso Filipina 0,05%, dan baht Thailand 0,11%.
Berdasarkan kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate atau JISDOR, rupiah turun 62 poin ke level Rp 13.961 per dolar AS. (Baca: Dampak Ekonomi Konflik AS-Iran, Harga Minyak hingga Bitcoin Melonjak)
Analis PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong menilai, isu Iran menjadi salah satu faktor rupiah melemah. "Terutama kabar Iran akan balas dendam ke AS," kata Lukman kepada Katadata.co.id, Senin (6/1).
Di satu sisi, menurut Lukman, Bank Indonesia (BI) tidak akan membiarkan rupiah menguat terlalu jauh. "Karena akan meningkatkan volatilitas," ujarnya.
Selama sepekan kemarin, mata uang Garuda memang terus menguat ke arah Rp 13.800 per dolar AS. Dari sejarahnya, rupiah sangat volatil apabila dibiarkan menguat atau melemah jauh.
Karena itu, menurut ia, rupiah tidak sesuai fundamental apabila terlalu jauh dari Rp 14.000 per dolar AS. "Kalau rupiah menguat lebih jauh, defisit perdagangan bisa lebih dalam," kata dia.
Adapun bendera merah berkibar di atas kubah Masjid Jamkaran di Kota Suci Qom, Iran saat upacara penghormatan terhadap almarhum Mayor Jenderal Qassem Soleimani. Jenderal itu tewas akibat serangan udara AS ke Irak. Hal ini menandakan Iran siap membalas serangan AS.
(Baca: Bendera Merah Berkibar, Iran Siap Balas Serangan AS)
Dalam sejarah Syiah, bendera merah merupakan simbol pertumpahan darah yang tidak adil dan menjadi panggilan untuk membalaskan dendam korban. Pengibaran bendera merah tersebut pertama kali terjadi dalam sejarah Iran, setelah negara tersebut bersumpah akan menuntut balas atas kematian Jenderal Soleimani.
Sebelumnya, Komandan Pasukan Elite Quds Qassem Soleimani tewas dalam serangan udara AS di bandara utama Baghdad, Irak yang diperintahkan oleh Presiden AS Donald Trump, Jumat (3/1) lalu. AS menuding Soleimani merencanakan serangkaian serangan yang bisa membahayakan pasukan AS dan para diplomat di Timur Tengah.
Trump juga dinilai bertanggung jawab atas serangan terhadap pasukan AS dan sekutunya sejak mereka melakukan invasi ke Irak pada 2003. (Baca: Pasca-Serangan AS, Harga Bitcoin di Iran Tembus Rp 360 Juta)