Ekspor Membaik, Neraca Perdagangan Oktober Surplus US$ 161 Juta

ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
Ilustrasi. Defisit neraca perdagangan tahun lalu mencapai US$ 8,7 miliar, terbesar sepanjang sejarah.
15/11/2019, 09.35 WIB

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan pada Oktober 2019 surplus sebesar US$ 161,3 juta, membaik dibanding bulan sebelumnya yang defisit US$ 163,9 juta. Meski demikian, neraca perdagangan sepanjang Januari-Oktober tercatat masih defisit sebesar US$ 1,79 miliar.

Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan ekspor pada Oktober tercatat sebesar US$ 14,92 miliar, naik 5,92% dibandingkan bulan lalu US$ 14,1 miliar.  Sementara itu, impor naik 3,57% dari US$ 14,26 miliar pada September menjadi US$ 14,77 miliar.

"Total impor setelah dikurangi ekspor masih surplus US$ 161,3 juta," ujar Suhariyanto dalam konferensi pers pengumuman ekspor-impor Oktober 2019 di Jakarta, Jumat (15/11).

Ia menjelaskan, ekspor migas naik 11,58%, sedangkan nonmigas tumbuh 5,58%. "Perekonomian global masih menjadi tantangan dan berdampak pada fluktuasi harga komoditas," jelas dia.

(Baca: Defisit Neraca Dagang Diramal Melebar, Rupiah Berpotensi Melemah)

Harga minyak mentah Indonesia, menurut dia, turun dari US$ 60,84 per barel pada bulan September menjadi US$ 59,82 miliar. Namun, terdapat beberapa ekspor komoditas nonmigas yang mulai membaik, seperti cokelat, batu bara, dan minyak sawit.

"Sedangkan ekspor minyak kernel, nikel, dan perak turun. Tentu ini berpengaruh terhadap total ekspor," jelas dia.

Secara kumulatif (Januari-Oktober 2019), total ekspor tercatat US$ 139,11 miliar, turun 7,8% dibanding periode yang sama tahun lalu.

Halaman: