Rupiah Melemah ke 14.195 per Dolar AS Tertekan Perang Dagang

ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Ilustrasi. Nilai tukar rupiah pada sore hari ini, Senin (30/9) melemah 0,16% ke level Rp 14.195 per dolar AS.
30/9/2019, 17.34 WIB

Nilai tukar rupiah pada sore hari ini, Senin (30/9) melemah 0,16% ke level Rp 14.195 per dolar AS. Rupiah tertekan penguatan indeks dolar akibat kekhawatiran perang dagang Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok, serta isu pemakzulan Presiden Donald Trump. 

"Kekhawatiran negosiasi antara Tiongkok dan AS tak akan mengarah pada kesepakatan perdagangan dan memperdalam ketidakpastian politik di AS setelah dimulainya penyelidikan pemakzulan terhadap Presiden Donald Trump telah membuat para investor gelisah dan mendorong permintaan dolar AS," kata Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim, Senin (30/9).

Mengutip Bloomberg, indeks dolar AS menguat 0,13% ke level 99,23. Sementara mata uang negara-negara Asia bergerak bervariasi terhadap dolar AS. 

Yuan Tiongkok melemah 0,21%, ringgit Malaysia turun 0,05%, dan ruppe India loyo 0,27%. Baht Thailand menguat 0,18%, won Korea naik 0,3%, sedangkan dolar Hong Kong stagnan.

(Baca: Terhalang Kawat Duri Aparat, Mahasiswa Sulit Mendekat ke DPR)

Ia menilai pasar mengabaikan berita bahwa pemerintahan Trump mempertimbangkan untuk menghapus daftar perusahaan Tiongkok dari pasar saham AS. Negosiator perdagangan utama Tiongkok Liu He akan menuju ke AS pada Oktober untuk putaran baru pembicaraan perdagangan.

Di sisi lain, pasar sedikit terbantu dengan liburnya pasar di Tiongkok selama sepekan. Libur dimulai pada esok hari, menandai peringatan ke-70 Republik Rakyat Tiongkok.

Sementara itu, rilis data ekonomi Tiongkok masih cukup bagus. Berdasarkan data yang dirilis Biro Statistik Nasional (NBS) China pada hari ini, indeks manajer pembelian atau Purchasing Managers' Index (PMI) pada September naik menjadi 49,8. Capaian ini lebih baik dari proyeksi dalam survei ekonom Bloomberg yakni 49,6.

(Baca: Demonstrasi Berlanjut Pekan Depan, Rupiah Diprediksi Masih Tertekan)

Meski begitu, PMI manufaktur Tiongkok masih berada di bawah level 50, yang membatasi ekspansi dan kontraksi untuk bulan kelima berturut-turut. Kemudian, indeks non-manufaktur berada di level 53,7 dan PMI manufaktur terpisah yang lebih fokus pada perusahaan-perusahaan kecil berorientasi ekspor naik 1 poin menjadi 51,4. Angka ini merupakan yang tertinggi dalam lebih dari setahun.

Sementara sentimen internal berasal dari rilis data inflasi Badan Pusat Statistik (BPS) pada September 2019.  Sejumlah analis memperkirakan bakal terjadi deflasi sebesar 0,15% secara bulanan atau 3,52% secara tahunan.

"Jika perkiraan sesuai dengan ekspektasi, maka ini deflasi pertama sejak bulan Februari," kata Ibrahim.

Ia memperkirakan rupiah besok akan melemah akibat sejumlah data eksternal dan demonstarsi Kontroversi UU KUHP. Ibrahim memproyeksikan rupiah akan berada di level Rp 14.160 - Rp 14.210 per dolar AS.

Reporter: Agatha Olivia Victoria