Demonstrasi Berlanjut Pekan Depan, Rupiah Diprediksi Masih Tertekan
Sejumlah analis memprediksi rencana demonstrasi mahasiswa yang akan digelar kembali di Jakarta, Senin (30/9) besok bakal berdampak terhadap nilai tukar rupiah. Rupiah diprediksi bakal mengalami tekanan, tak hanya dari dari dalam negeri namun juga dari sentimen global.
Analis Pasar Uang PT Bank Mandiri Tbk Rully Arya Wisnubroto mengatakan pasar masih menunggu bagaimana respons dari Presiden Jokowi terkait rencana penerbitan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) tentang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Sehingga, adanya kabar demonstrasi yang bakal digelar besok berpotensi membuat rupiah mengalami tekanan.
"Mungkin (nilai rupiah) masih di kisaran Rp 14.150 sampai 14.200," ujar Rully saat dihubungi Katadata.co.id, Minggu (29/9).
(Baca: Masih Tertekan Aksi Demonstrasi, Rupiah Melemah ke 14.151 per Dolar AS)
Selain itu, ia melanjutkan bahwa dari global, pasar masih melihat perkembangan politik di Amerika Serikat (AS) terkait impeachment Trump dan perkembangan negosiasi perdagangan AS - Tiongkok. "(Prediksi tekanan nilai rupiah) tak hanya dari dalam negeri saja, tapi juga dari sentimen global," ujarnya.
Senada dengan Rully, Direktur Riset Center Of Reform on Economics (CORE) Pieter Abdullah Redjalam juga mengatakan nilai rupiah selama satu minggu ke depan masih dalam tekanan pelemahan. Faktornya datang dari dalam negeri dan pengaruh global, khususnya kondisi di Amerika Serikat.
Ketidakpastian perang dagang di tengah upaya impeachment (pemakzulan) terhadap Trump akan membuat investor cenderung menahan diri. Menurutnya, selama Trump masih berkuasa pasar masih akan diombang-ambingkan oleh ketidakpastian dan menumbuhkan sentimen negatif.
(Baca: Ada Perang Dagang & Demonstrasi, Pasar Pilih Dolar AS Ketimbang Rupiah)
"Sementara di sisi domestik, ketidakpastian juga dimunculkan oleh gelombang demonstrasi yang mulai mengarah kepada upaya menggagalkan pelantikan Presiden Jokowi dengan meminta Jokowi mundur," ujar Pieter kepada Katadata.co.id, Minggu (29/9).
Sedangkan, Analis Muhammad Nafan Aji Gusta menilai pergerakan rupiah ke depan masih akan lebih cenderung berada dalam fase konsolidasi dengan kecenderungan menguat. "Estimasi range pekan depan adalah antara Rp 13.900 hingga 14.230," ujar Nafan saat dihubungi Katadata.co.id, Minggu (29/9).
(Baca: Saham dan Rupiah Melemah Akibat Demo, Sri Mulyani: Hanya Sementara)
Secara umum, kata Nafan, hal itu terjadi karena peredangan sentimen perang dagang antara AS dengan Tiongkok. Kemudian dinamika politik terkait usulan impeachment yang dilancarkan kubu Demokrat terhadap Trump karena penyalahgunaan kekuasaan. Dari dalam negeri, data-data inflasi Indonesia diproyeksikan membaik, data PMI Indonesia yang diprediksikan akan ekspansif, data indeks keyakinan Indonesia yang diproyeksikan stabil.
Adapun nilai tukar rupiah pada perdagangan, Jumat (27/9) sore melemah tipis 0,05% ke level Rp 14.172 per dolar AS. Pelemahan rupiah disebabkan oleh membaiknya data ekonomi AS.