Bank Indonesia (BI) mengharapkan penurunan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin menjadi 5,5 persen dapat mendorong permintaan kinerja sektor industri atau manufaktur. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi secara nasional juga dapat ikut terdongkrak.
"Masalah selama ini yang kami lihat, permintaan yang tidak muncul secara besar. Harapannya dengan kami turunkan suku bunga, semakin memberikan fuel amunisi untuk sektor ekonomi terus tumbuh, terutama sektor manufaktur," kata Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo di Jakarta, Rabu (4/9).
Ia menjelaskan kinerja pertumbuhan sektor manufaktur saat ini tengah mengalami perlambatan. Badan Pusat Statistik (BPS) sebelumnya mencatat pertumbuhan ekonomi pada industri pengolahan (manufaktur) pada kuartal II 2019 hanya sebesar 3,54%.
(Baca: PPh Badan Turun Bertahap Jadi 20%, Penerimaan Akan Hilang Rp 54 T)
Menurut Doddy, pertumbuhan tersebut hanya separuh pertumbuhan sektor manufaktur yang biasanya mencapai kisaran 6-7%.
"Tidak heran ekonomi kita hanya 5% tahun 2019. Ini tantangan besar bagaimana kami dorong manufaktur terus tumbuh," katanya.
(Baca: Cegah Banjir Impor, Pengusaha Tekstil Usul Tarif Safeguard Hingga 18%)
BI pada tahun ini memproyeksi ekonomi Indonesia akan tumbuh di bawah 5,2%. Bank sentral sebelumnya menurunkan dua kali tingkat suku bunga acuan atau BI 7 Days Reverse Repo Rate masing-masing 0,25% pada Juni dan Juli.
Kebijakan tersebut, menurut BI, konsisten dengan perkiraan inflasi yang akan berada di bawah titik tengah perkiraan BI sebesar 3,5%. Keputusan tersebut juga dinilai tetap membuat imbal hasil investasi aset keuangan domestik tetap menarik dan mendukung stabilitas ekonomi dari sisi eksternal.