Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengawali perdagangan di pasar spot hari ini, Selasa (19/8), melemah tipi 0,02% ke level Rp 14.240 per dolar AS dibanding penutupan sore kemarin di level Rp 14.237,5 menurut data Bloomberg.
Namun tak lama setelah perdagangan dimulai, rupiah mulai berangsur menguat. Ketika berita ini ditulis pukul 09.30, rupiah diperdagangkan pada level Rp 14.261,5 per dolar AS, atau menguat 0,17%.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira mengungkapkan bahwa rupiah berpeluang menguat hari ini. "Rupiah berpeluang menguat hari ini ke level Rp 14.200 - Rp 14.220 per dolar AS," ujarnya saat dihubungi Katadata.co.id, Selasa (20/8).
Menurut dia, penguatan rupiah dipicu ekspektasi pasar terhadap stimulus fiskal yang direncanakan oleh Pemerintah Jerman. Stimulus ini guna mendorong perekonomian Eropa yang sempat tidak stabil.
(Baca: Dapat Stimulus dari Tiongkok, Rupiah Menguat ke 14.205 per Dolar AS)
Selain itu, rencana Tiongkok yang akan memangkas bunga acuan turut dinilai Bhima menjadi sentimen positif hari ini. "Pemangkasan suku bunga Tiongkok diharapkan memberikan dampak positif bagi kinerja perusahaan Tiongkok yang tertekan perang dagang," ucap dia.
Ia melanjutkan, meredanya isu resesi AS dan diperpanjangnya masa tenggang hukuman Huawei Technologies untuk membeli barang dari AS selama 90 hari kedepan juga meredakan tensi di pasar.
Hal ini terlihat dari beberapa mata uang Asia lainnya yang turut menguat terhadap dolar AS, seperti yen Jepang, dolar Singapura, baht Thailand, ringgit Malaysia, yuan Tiongkok, dan won Korea Selatan. Tercatat, yen menguat 0,04%, dolar Singapura 0,01%, baht 0,01%, ringgit o,17%, yuan 0,03%, dan won 0,13%
"Sementara dari dalam negeri optimisme terkait target pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang cukup rendah di 2020 masih jadi sentimen pendorong utama bursa saham," tutupnya.
(Baca: Dapat Angin Segar dari Tiongkok dan Jerman, Bursa Saham AS Naik Tinggi)