Bank Indonesia (BI) mengaku melakukan intervensi tripel guna menstabilisasi nilai tukar rupiah yang sempat menembus level Rp14.300 per dolar AS pagi tadi.
Rupiah dibuka di level Rp14.330 per dolar AS pagi ini, melemah hingga 105 poin dibanding penutupan kemarin.
Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah mengaku pihaknya sudah melakukan sejumlah langkah mitigasi guna menstabilisasi nilai tukar rupiah. Stabilisasi dilakukan melalui tiga langkah intervensi.
"Untuk memitigasi pelemahan rupiah yang tajam sejak pembukaan pasar, BI sudah masuk ke pasar spot, melakukan pembelian SBN (Surat Berharga Negara) di pasar sekunder, dan intervensi pasar DNDF (Domestic Non Delivery Forward)," ujar Nanang kepada Katadata.co.id, Selasa (8/6).
(Baca: Trump Tuding Tiongkok Manipulasi Mata Uang)
Saat ini, menurut dia, BI masih mempelajari sentimen perang dagang AS dan Tiongkok yang dikhawatirkan banyak pihak dapat memicu perang mata uang.
Peniliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira sebelumnya memperkirakan rupiah akan tertekan sepanjang perdagangan hari ini. Ia menyebut ada dua faktor utama yang menekan nilai tukar rupiah.
Pertama, devaluasi yuan Tiongkok yang merupakan pelemahan terendah selama 11 tahun terakhir. Menurut Bhima, pelemahan mata uang Negeri Tirai Bambu ini bisa menyulut perang mata uang.
AS saat ini menunduh Tiongkok melakukan manipulasi mata uang seperti tahun 1994.
(Baca: Perang Mata Uang Memukul Bursa Saham AS, Emas dan Yen Jadi Buruan)
Sementara faktor kedua, menurut dia, yakni rilis data pertumbuhan ekonomi yang menunjukkan perlambatan. BPS sebelumnya mencatat pertumbuhan ekonomi kuartal II 2019, melambat dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 5,27%.
Hingga siang ini, rupiah diperdagangkan di level Rp14.287 per dolar AS, melemah 0,22% dibanding posisi kemarin. Rupiah melemah bersama yen Jepang sebesar 0,53% dan ringgit Malaysia sebesar 0,53%.
Sementara yuan China dan dolar Singapura masing-masing menguat 0,1% dan 0,19%.