BI Catat Inflasi Minggu Ke-4 Juli 0,23%, Disulut Harga Cabai dan Emas

ANTARAFOTO/Basri Marzuki
Petani memanen cabai rawit di Desa Porame, Kecamatan Marawola, Sigi, Sulawesi Tengah Kamis (16/3).
26/7/2019, 15.04 WIB

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, berdasarkan hasil survei pekan keempat Juli, inflasi sebesar 0,23% secara bulanan atau 3,23% secara tahunan. Penyumbang utama inflasi yaitu cabai rawit dan perhiasan emas.

Perry menjelaskan, level inflasi tersebut terbilang rendah. Maka itu, ia optimistis inflasi tahun ini sesuai prediksi BI. "Kami mengonfirmasi pergerakan inflasi hingga akhir tahun ini tetap berada di bawah 3,5%," ujarnya di Kompleks BI, Jakarta, Jumat (26/7).

(Baca: Inflasi 5 Provinsi Masih Tinggi, Darmin Minta Pemda Lebih Inovatif)

Seperti disinggung di awal, cabai rawit menjadi komoditas penyumbang inflasi terbesar, yaitu 0,12%. Harga cabai rawit naik seiring musim panen yang meleset dari jadwal dan besarnya konsumsi masyarakat.

Kontributor besar inflasi lainnya yaitu perhiasan emas, meskipun kontribusinya masih di bawah cabai rawit. "Emas perhiasan turut menyumbang 0,6% inflasi,” kata dia.

Di sisi lain, beberapa komoditas tercatat mengalami deflasi atau penurunan harga, antara lain bawang merah, tomat sayur, daging dan ayam. Tarif angkutan kota dan tarif angkutan udara juga deflasi. 

(Baca: Jusuf Kalla: Indonesia Masih Butuh Inflasi)

Perry menekankan, inflasi yang tetap rendah ini merupakan buah sinergi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah dan BI. "BI bersama 46 kantor yang sangat kuat bisa membawa inflasi kita rendah dan stabil sejak 2015 pada kisaran 3%, terutama inflasi harga pangan yang tidak pernah lebih dari 5% kecuali pada 2016," ujarnya.

Ia menambahkan, bila inflasi harga pangan lebih turun, inflasi bisa lebih terkendali dan mendukung pertumbuhan ekonomi. Selain lewat inflasi yang terkendali, ia menyebut sokongan BI terhadap pertumbuhan ekonomi tercermin dari kebijakan moneter yang akomodatif.