Nilai tukar rupiah hari ini menguat cukup signifikan. Pagi hari ini, Senin (15/7), rupiah pada pasar spot perdagangan dibuka pada level Rp 13. 993 per dolar AS. Mengutip Bloomberg, rupiah pada pukul 09.00 WIB mencapai Rp 13.975 per dolar AS.
Penguatannya mencapai 0,23% dari penutupan pekan kemarin. Pasar merespon positif pertemuan Presiden Terpilih Joko Widodo (Jokowi) dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto pada Sabtu lalu.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyebutkan, sejumlah faktor domestik memberikan sentimen positif kepada rupiah. Faktor pertama, adalah pidato Jokowi yang berencana memangkas pajak penghasilan (PPh) badan menjadi 20% dari sebelumnya 25% serta insentif super pajak (superdeductible tax). Selain itu, Jokowi juga akan mempermudah investasi di bidang industri.
Kedua, rekonsiliasi Jokowi-Prabowo yang dilakukan akhir pekan lalu juga mendorong penguatan rupiah pada awal perdagangan pekan ini. Rupiah berpeluang melanjutkan penguatan karena neraca perdagangan Juni 2019 diprediksi surplus.
Dari grafik Databoks berikut ini, penguatan laju rupiah mulai terlihat sejak pertengahan Mei lalu.
Sementara, mayoritas mata uang Asia mengalami pelemahan terhadap dolar AS. Yen Jepang melemah 0,02%, dolar Hongkong turun 0,05%, dan won Korea melemah 0,12%.
(Baca: Neraca Dagang Juni hingga Rekonsiliasi Politik Pengaruhi IHSG Hari Ini)
Pelemahan pasar uang global ini merupkan imbas data ekonomi yang baru saja dikeluarkan pemerintah Tiongkok. Pertumbuhan pada kuartal kedua 2019 negara itu hanya 6,2% secara tahunan. Angkanya merupakan yang terendah sejak 1992, akibat turunnya permintaan domestik dan meningkatnya ketegangan perang dagang dengan AS.
"Kami berharap PBOC (bank sentral Tiongkok) akan memperkenalkan lebih banyak pelonggaran kebijakan karena lebih banyak tanda-tanda pelemahan pertumbuhan muncul dalam beberapa bulan mendatang," kata Ekonom Bank of America Merrill Lynch Xiaojia Zhi seperti dikutip dari Bloomberg.