Lebaran Akan Dongkrak Pertumbuhan Konsumsi Masyarakat hingga 5,6 %

ANTARA FOTO/SISWOWIDODO
Penjual jasa penukaran uang baru menawarkan uang baru yang banyak dibutuhkan selama Lebaran di sekitar Alun-alun Kota Madiun, Jawa Timur, Senin (13/5/2019). Penjual jasa tersebut memungut tambahan 10 persen dari jumlah uang yang ditukarkan untuk uang pecahan Rp2.000, Rp5.000, Rp10.000, Rp20.000, sedangkan untuk uang pecahan Rp1.000 ribu dikenakan uang jasa 20 persen karena alasan masih baru dan belum banyak beredar.
3/6/2019, 16.39 WIB

Lebaran bukan hanya berkaitan dengan kegiatan keagamaan, juga ekonomi. Karena itu, pada periode libur Lebaran 2019 kali ini bank sentral dan perbankan selalu menambah uang tunai yang beredar di masyarakat.

Analis Center of Reform on Economics Piter Abdullah pun melihat bahwa Lebaran selalu menjadi salah satu faktor pendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional. “Konsumsi dapat dipastikan mengalami lonjakan dan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi,” kata Pieter saat dihubungi Katadata.co.id, Senin (3/6).

Di massa Idul Fitri, mayoritas masyarakat membelanjakan dari pendapatan mereka. Kadang, dana tabungan juga disiapkan untuk kegiatan konsumsi,  mulai dari pangan, sandang, dan berbagai hal lainnya termasuk pariwisata.

Lonjakan pada lebaran akan terlihat di pertumbuhan konsumsi secara bulanan atau month to month dan tahun berjalan alias year to date. Sementara untuk tahunan (year to year/yoy), peningkatan konsumsi diperkirakan tidak terlalu besar.

Piter memperkirakan konsumsi tumbuh sebesar 5,3 – 5,6 % secara bulanan pada momen Lebaran kali ini. “Sementara untuk yoy pertumbuhan konsumsi ada di kisaran 5,1 - 5,2 %,” ujarnya.

(Baca: KSP: Pemilu dan Lebaran Akan Dorong Pertumbuhan Ekonomi 2019)

Di lain sisi, Piter menilai peningkatan konsumsi musiman selama lebaran akan mendorong perdagangan retail secara signifikan pada tahun ini. Hal ini mengingat tahun lalu perdagangan retaill menurun yang didasarkan oleh data statistik toko-toko ritel di Indonesia.

Penurunan volume perdagangan ritel pada 2018 diyakini karena perubahan gaya hidup. “Sekarang masyarakat tidak lagi belanja di supermarket besar. Banyak yang pindah belanja kebutuhan ritel melalui online,” kata dia. Namun, hal ini akan tetap mendorong besarnya konsumsi ritel pada lebaran.

(Baca: Bank Mandiri Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Tahun ini Bisa Capai 5,22%)

Sejauh ini, konsumsi masyarakat memang masih menjadi penopang pertumbuhan ekonomi nasional. Hal itu terlihat dari pergerakan beberapa tahun terakhir, termasuk pada tahun lalu. (Lihat Databoks berikut ini).

Data Badan Pusat Statistik menunjukkan pengeluaran konsumsi rumah tangga pada 2018 mencapai Rp 8.269,8 triliun atau 55,7 % dari Produk Domestik Bruto (PDB) menurut harga berlaku Rp 14.837,4 triliun. Sementara atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp 5.651,2 triliun atau lebih dari separuh PDB senilai Rp 10.425,3 triliun.

Komponen pengeluaran terbesar kedua adalah pembentukan modal tetap bruto (PMTB) Rp 4.790,6 triliun atau 32,3 % dari total PDB. Lalu penyumbang terbesar ketiga adalah ekspor barang dan jasa yang mencapai Rp 3.110,8 triliun atau 20,97 % dari PDB.