Nilai tukar rupiah pada perdagangan pasar spot har ini, Selasa (28/5) menguat menjadi Rp 14.380 per dolar AS. Nilai ini naik 31 poin setelah ditutup pada kemarin malam yakni Rp 14.391 per dolar AS.
Analis CORE Piter Abdullah meyakini penguatan rupiah dalam dua hari ini merupakan faktor politik. Pemilu 2019 mulai menemui titik temu dengan meredanya kerusuhan pada 22 Mei lalu. "(Penguatan) Ini karena kubu yang kalah dalam pemilu 2019 sudah memutuskan untuk menempuh jalur Mahkamah Konstitusi (MK)," ujarnya saat dihubungi Katadata.co.id pada Selasa (28/5).
Walaupun pelaku pasar masih dibayangi oleh persoalan global, setidaknya mereka meyakini tidak akan terjadi kerusuhan di dalam negeri. Namun, kekhawatiran pasar diperkirakan akan muncul kembali jelang keputusan MK pada akhir Juni nanti.
(Baca: Dibuka Naik 0,05%, IHSG Berpeluang Lanjutkan Tren Positif)
Penguatan tidak terjadi pada rupiah saja. Sejak awal pekan ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turut menguat. IHSG tercatat mengakhiri perdagangan kemarin di level 6.098,97 atau menguat 0,69%.
Penurunan IHSG dari minggu lalu membuka kesempatan pasar untuk masuk mengoleksi saham-saham yang sudah terlalu murah. Hal ini berdampak pada naiknya IHSG dan rupiah menguat.
Piter memproyeksikan rupiah akan berada di kisaran Rp 14.300-Rp 14.400 per dolar AS. "Sementara untuk IHSG hari ini ditutup pada di kisaran 6.050 - 6150," tutupnya.
Sampai pukul 12.00 WIB, menurut data Bloomberg, mata uang regional Asia Pasifik mayoritas melemah terhadap dolar AS. Dolar Singapura melemah 0,15%, won Korea 0,36%, peso Filipina 0,10%, ringgit Malaysia 0,14%, yen Jepang 0,05%, dan yuan Tiongkok 0,13%.
Penguatan dolar AS terjadi seiring dengan kenaikan harga minyak. Dollar Index telah naik 0,21% ke 97,81. Sementara harga minyak West Texas Intermediate naik 0,89% ke US$ 59,15 per barel. Harga minyak Brent tetap di level US$ 70,11 per barel.
(Baca: Minimnya Persediaan Dolar Bisa Jadi Masalah Pertumbuhan Ekonomi)