Aksi massa 22 Mei ternyata tak menahan investor asing menanamkan dananya di instrumen surat utang negara. Bank Indonesia mencatat, inflow yang masuk dalam dua hari terakhir sekitar Rp 1,7 triliun.
Gubernur BI Perry Warjiyo melihat hal ini sebagai tanda positif, mengingat pada 13-17 Mei lalu terjadi penarikan dana asing di Surat Berharga Negara (SBN) sekitar Rp 7,3 triliun. “Inflow ini menunjukkan confident pasar dan asing,” katanya pada konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan di Jakarta, Kamis (23/5).
Menurut dia, pelaku pasar mulai memiliki ekspektasi yang baik terhadap perekonomian domestik. Selain itu, imbal hasil dari surat utang negara juga menarik.
Imbal hasil atau yield SBN 10 tahun pagi ini sudah di bawah 8%, yaitu 7,95%. Jika dilihat sejak awal tahun, dana asing yang masuk sudah mencapai Rp 57 triliun.
(Baca: BI Pantau Harga Komoditas Pangan Terkendali Jelang Lebaran)
Faktor ekonomi global, Perry mengatakan, sangat dominan memengaruhi pasar saat ini. Saat eskalasi perang dagang antara AS-Tiongkok naik, investor pekan lalu langsung menarik dananya. Jika terjadi penarikan dana asing lagi, bank sentral akan melakukan intervensi di pasar valas maupun pembelian SBN di pasar sekunder.
Sepanjang tahun ini, BI sudah membeli SBN dari pasar sekunder sebesar Rp 19,47 triliun. Hal ini untuk menjaga stabilitas nilai rupiah. Jumlahnya di luar pembelian jangka pendek di pasar primer yang telah mencapai Rp 32,93 triliun. "BI akan bekerja sama dengan OJK agar kondisi likuiditas perbankan lebih dari cukup," kata dia menutup pernyataan persnya.
Saat ini pergerakan rupiah mulai menguat, setelah dua hari lalu sempat tembus Rp 14.500 per dolar AS. Menurut data Bloomberg sampai pukul 16.40 WIB, angkanya berada di level Rp 14.480 per dolar AS.
Di tengah dana asing masuk ke SBN, kondisi berbeda terjadi di pasar modal. Sejak awal pekan ini investor asing terus melego asetnya. Pagi tadi nilai penjualan bersih dari investor asing mencapai Rp 149,31 miliar.
(Baca: Rusuh Aksi 22 Mei, KSSK: Pasar Keuangan, Perbankan & Investasi Stabil)
Pasar Keuangan dan Perbankan Stabil
Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) melaporkan bahwa kondisi pasar keuangan, perbankan, dan sistem pembayaran stabil meskipun kerusuhan sempat terjadi di ibu kota. Investasi asing dilaporkan masing mengalir ke surat berharga negara (SBN).
Ketua KSSK sekaligus Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan pihaknya terus menjaga stabilitas sektor keuangan dalam negeri. "Kami akan terus menjaga sektor keuangan tanpa kompromi," katanya.
Ia menjelaskan, goncangan awal terhadap ekonomi domestik berasal dari luar negeri yaitu kebijakan dagang AS atas Tiongkok. Tak hanya pelaku pasar di Indonesia, tapi juga dunia tidak mengantisipasi kebijakan tersebut. Hal ini mempengaruhi pasar saham domestik dan nilai tukar rupiah.
Sedangkan kerusuhan dalam negeri setelah pengumuman Komisi Pemilihan Umum (KPU) dinilai Sri Mulyani sudah bisa dipahami oleh investor. Kejadian ini diyakini tidak berdampak besar bagi ekonomi. "Pihak kepolisian sudah bertugas dengan baik menjaga keamanan, namun KSSK akan terus waspada," kata dia.
(Baca: Menko Darmin: Dampak Aksi 22 Mei ke Ekonomi Hanya Sementara)