Nilai tukar rupiah pada perdagangan pasar spot siang ini, Selasa (21/5), bergerak melemah ke level Rp 14.470 per dolar Amerika Serikat. Angka ini mengalami perubahan yang cukup signifikan dibandingkan posisi penutupan perdagangan sebelumnya di level Rp 14.455 per dolar AS.
Kepala Ekonom BCA David Sumual menyatakan, ketegangan politik yang ada di Indonesia merupakan salah satu indikasi pelemahan nilai tukar rupiah. Pelaku pasar masih melihat potensi demonstrasi dan kekhawatiran masalah keamanan setelah Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengumumkan hasil penghitungan suara Pilpres 2019.
Tak berbeda dengan hasil hitung cepat, hasil rekapitulasi perolehan suara KPU menunjukkan pasangan nomor urut 01 Joko Widodo-Ma’ruf Amin memenangkan Pilpres. "Menjelang pengumuman KPU nilai rupiah cenderung melemah, apalagi seusai pengumuman, karena kita belum tahu reaksi pasangan calon nomor urut 02 (Prabowo Subianto-Sandiaga Uno)," ujarnya saat dihubungi Katadata.co.id.
Setelah ketegangan politik mereda, rupiah diperkirakan akan menguat walaupun hanya sedikit. Investor, menurut dia, mencari aman. "Sentimennya enggak besar ya ke rupiah," ujar David.
(Baca: Neraca Dagang April Defisit, Rupiah Diprediksi Melemah hingga Juni)
Selain itu, permintaan dolar memang cukup besar sepanjang kuartal II-2019. Terutama untuk pembayaran utang dan pembagian dividen. Karena itu, David menilai wajar jika rupiah agak sedikit tertekan terutama pada musim ini.
Namun, faktor eksternal tetap menjadi pengaruh utama pelemahan rupiah. Perang dagang yang terus memanas mendepresiasi nilai tukar rupiah. David memprediksikan rupiah akan ditutup pada nilai Rp 14.430 - Rp. 14.450 per dolar AS hari ini.
Hasil Penghitungan Suara KPU
Hasil Pilpres 2019 berdasarkan rekapitulasi penghitungan suara KPU menunjukkan pasangan calon (paslon) nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin keluar sebagai pemenang dengan raihan 85.607.362 suara atau 55,50%. Sementara, paslon nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno tercatat memperoleh suara sebesar 68.650.239 atau 44,50%.
Dari 34 provinsi, Jokowi-Ma'ruf tercatat meraih kemenangan di 21 provinsi dengan persentase kemenangan terbesar diraih di Bali, yakni 91,68%. Di Pulau Dewata, Jokowi-Ma'ruf mendapatkan 2.351.057 suara. Sementara, Prabowo-Sandiagahanya mendapatkan 213.415 suara atau 8,32%.