Konsumsi rumah tangga pada kuartal I-2019 masih stagnan di kisaran 5% (year on year/yoy) meski pemerintah telah berupaya mendorong konsumsi kelas bawah melalui penyaluran bansos. Direktur Riset Center of Reform on Economics Piter Abdullah Redjalam menilai, konsumsi rumah tangga tetap stabil lantaran konsumsi kelas menengah atas tertahan.
"Kontribusi konsumsi kelas bawah itu terlalu kecil. Yang mengerakkan konsumsi itu kelas menengah atas," kata dia saat dihubungi Katadata.co.id, Selasa (7/5).
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2019 sebesar 5,01% atau naik tipis dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,94%. Tertahannya konsumsi kelas menengah atas tercermin dari penjualan mobil yang menurun. Penjualan mobil secara wholesale (penjualan sampai tingkat dealer) pada triwulan itu turun 13,07% secara tahunan, dengan angka 253.863 unit.
(Baca: Pertumbuhan Konsumsi Kuartal I Terhambat Mahalnya Harga Tiket Pesawat)
Piter menduga, konsumsi kelas menengah atas sulit pulih lantaran pemerintah masih memburu pajak kalangan atas meski telah mengikuti program pengampunan pajak. Padahal, kelompok kelas atas yang telah patuh berharap adanya kesetaraan.
Imbasnya, masyarakat menengah atas menahan konsumsi dan mengalihkan hartanya di tempat lain. Piter juga menduga, harta kelas menengah atas dialihkan ke negara lain. "Kesannya yang patuh pajak menjadi sasaran. Yang tidak patuh, tidak mendapatkan punishment. Ini membuat kelas menengah atas tidak nyaman melakukan konsumsi," ujarnya.
Karena itu, ia berharap pemerintah melakukan pelonggaran pajak guna mendorong konsumsi. Dengan demikian, investasi akan masuk ke dalam negeri dan konsumsi ikut terdongkrak. Piter memperkirakan pertumbuhan konsumsi tetap stagnan bila pemerintah tidak mengubah kebijakannya.
(Baca: Ekonomi Kuartal I 5,07%, Tren Melambat Diramal Berlanjut Selama 2019)
Di sisi lain, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara menilai kelas menengah dan kelas atas cenderung menahan konsumsi karena faktor Pemilu. "Dalam menghadapi pemilu, kelas atas mengalihkan sebagian aset ke simpanan dengan bunga tinggi," ujarnya.
Selain itu, kenaikan harga tiket pesawat turut mengurangi belanja perjalanan selama triwulan I-2019. Kemudian, realokasi aset ke instrumen yang lebih aman juga memengaruhi konsumsi kelas menengah atas.
Padahal, kontribusi kelas tersebut mencapai 80% lebih dari total pengeluaran masyarakat. Sementara, konsumsi kelas bawah yang terdorong bansos tidak berefek signifikan terhadap konsumsi nasional. Penyaluran bansos pada triwulan lalu juga mengalami peningkatan sebesar 106,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Usai pemilu, Bhima berharap konsumsi rumah tangga akan mencapai 5,15% pada triwulan kedua. Sebab, Pemilu telah usai sehingga belanja diperkirakan lebih ekspansif. Namun, ia menilai masih ada faktor yang menghambat konsumsi rumah tangga. "Salah satunya dipengaruhi suku bunga kredit," ujarnnya.
(Baca: Di Bawah Prediksi, Ekonomi Kuartal I-2019 Cuma Tumbuh 5,07%)