Nilai tukar rupiah pada perdagangan hari ini, Senin (6/5), dibuka melemah 43 poin atau 0,3% ke posisi Rp 14.309 per dolar AS. Angka ini adalah yang terendah sejak awal Maret lalu.
Di pasar spot pada pukul 13.00 WIB, menurut data Bloomberg, rupiah sudah berada di level Rp 14.330 per dolar AS. Pemicunya adalah ancaman Presiden Donald Trump terhadap pemerintah Tiongkok.
“Ancaman itu sebagai upaya Trump memaksa Tiongkok untuk segera sepakat dengan negosisasi dagang yang sedang berlangsung. Namun, pasar meresponnya negatif,” kata Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih seperti dikutip Antara.
Ia memprediksi rupiah hari ini masih berpotensi menguat menuju kisaran Rp 14.240-Rp 14.260 per dolar AS. Mayoritas mata uang negara kawasan Asia Pasifik sampai pukul 13.00 WIB tadi melemah terhadap dolar AS.
Dolar Singapura turun 0,24%, won Korea Selatan melemah 0,11%, yuan Tiongkok anjlok 0,72%, dan ringgit Malaysia bergerak negatif 0,11%. Hanya mata uang yen Jepang, dolar Australia dan Selandia Baru saja yang masih melaju positif.
(Baca: Ketegangan Dagang AS-Tiongkok Meningkat, IHSG dan Bursa Asia Anjlok)
Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali memanaskan perang dagang dengan Tiongkok. Dalam cuitan di akun Twitter-nya kemarin, ia berkicau untuk menaikkan tarif produk dari Negeri Tirai Bambu.
Ia mengatakan, Tionkok telah membayar tarif sebesar 25% dari produk berteknologi tinggi bernilai US$ 50 miliar dan 10% untuk produk lainnya senilai US$ 200 miliar yang masuk ke AS. “Tarif 10% akan naik jadi 25% pada Jumat,” katanya, Minggu (5/5).
Lalu, sejumlah barang bernilai US$ 325 miliar lainnya dari Tiongkok tetap akan bebas pajak. Tapi, Trump akan menaikkan tarifnya menjadi 25%. Menurut dia, pengenaan tarif ini hanya berdampak kecil pada biaya produksi. “Negosiasi dengan Tiongkok akan lanjut, tapi terlalu lambat karena mereka berencana melakukan renegosiasi. Tidak!” ujar Trump.
(Baca: Diancam Trump Naikkan Bea Impor, Tiongkok Kaji Batalkan Negosiasi)
Cuitan ini lalu menyulut respon dari Tiongkok. Pemerintah negara itu sedang mempertimbangkan untuk membatalkan pertemuan perdagangan dengan AS pada Rabu ini. Seperti dilansir dari BBC, keputusan apakah pembicaraan dagang akan berlanjut atau tidak, tergantung dari Wakil Perdana Menteri Liu He.
Kabarnya, pemerintah Tiongkok akan membawa 100 orang delegasinya untuk melanjutkan negosiasi dagang itu. Tapi pemerintah di sana tidak mau melakukannya kalau di bawah ancaman.