Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memperkirakan deflasi akan terjadi pada Februari ini, berdasarkan hasil survei institusinya di 46 kantor perwakilan. Dalam hitungannya, deflasi akan mencapai 0,07% secara bulanan (month to month).
"Berdasarkan survei pemantauan harga, kami perkirakan Februari ini akan terjadi deflasi sebesar 0,07% secara bulanan. Inflasi tahunan perkiraan kami sampai minggu ketiga 2,58%," kata dia ditemui di Kompleks BI, Jakarta, Jumat (22/2).
Menurutnya, capaian deflasi tersebut lebih rendah dibandingkan inflasi pada Januari sebesar 0,32%. Hal ini ditopang oleh terkendalinya semua harga. Pada harga pangan, deflasi terjadi pada cabai merah sebesar 0,07%, daging ayam ras dan bawang merah masing-masing 0,06%, telur ayam ras 0, 05%, dan cabai rawit 0,02%.
Sementara, harga bensin juga terjadi deflasi 0,07%, khususnya untuk bahan bakar non subsidi. "Sebab harga minyak dunia turun," ujarnya.
(Baca: Jaga Inflasi Rendah, Menko Darmin Ingin Harga Pangan Dikendalikan)
Ke depan, ia memperkirakan inflasi inti akan tetap rendah lantaran kenaikan permintaan di dalam negeri masih bisa dipenuhi. Selain itu, agregat suplai dan penawaran agregat masih akan lebih tinggi dari permintaan agregat sehingga output gap masih negatif. Oleh karena itu, Perry tidak melihat peluang tekanan inflasi inti dari sisi permintaan.
Tidak hanya itu, inflasi dari luar negeri, baik karena rupiah dan inflasi yang bermuatan produk impor tetap rendah. Hal ini turut mendukung terjaganya inflasi inti tetap rendah.
"Jadi mengonfirmasi bahwa inflasi akhir tahun akan lebih rendah dari 3,5%," ujarnya.
Adapun, pemerintah dan BI telah menargetkan inflasi tahun ini berada di rentang 2,5-4,5%, sama dengan tahun lalu. Pada 2018, inflasi mampu mencapai target meskipun di tengah gejolak nilai tukar rupiah. Tahun depan, target inflasi diharapkan bisa lebih rendah yaitu 2-4%.
(Baca: Survei BPS: Rantai Dagang Kian Pendek, Harga Tiga Bahan Pangan Rendah)
Namun, Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto meminta pemerintah terus memperhatikan komponen volatile food ke depan. Alasannya, harga beras, telur ayam ras, dan daging ayam ras, serta produk pertanian lain sangat tergantung pada banyak faktor yang tidak terduga.