Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate di level 6%. Ini artinya sudah tiga bulan berturut-turut BI memertahankan bunga acuan. Di tengah bunga acuan yang masih tinggi, BI menyatakan akan mengambil langkah yang diperlukan untuk mendorong pembiayaan ekonomi.
Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan, pihaknya akan terus menempuh strategi operasi moneter guna meningkatkan ketersediaan likuiditas untuk pembiayaan perbankan. Selain itu, BI akan menerapkan kebijakan makroprudensial yang akomodatif untuk mendukung pembiayaan ekonomi.
“Koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait juga terus dipererat untuk mempertahankan stabilitas ekonomi dan menjaga momentum pertumbuhan ekonomi ke depan,” kata dia dalam Konferensi Pers, Kamis (21/2).
(Baca: Moody's Prediksi Pertumbuhan Ekonomi RI di Bawah 5% pada 2019 dan 2020)
Adapun di tengah kenaikan bertahap bunga acuan hingga total 175 basis poin tahun lalu, kredit perbankan dan pertumbuhan ekonomi masih terjaga. Kredit mampu tumbuh 11,75% secara tahunan, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya 8,2%. Meskipun, dana pihak ketiga (DPK) tumbuh kian lambat menjadi hanya 6,5%, dari tahun sebelumnya 9,5%.
Ekonomi pun tercatat tumbuh 5,17% tahun lalu, lebih tinggi dibandingkan 5,07% pada tahun sebelumnya. Tahun ini, BI memperkirakan pertumbuhan kredit bisa berkisar 10-12%, sedangkan DPK tumbuh 8-10%. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi diperkirakan 5-5,4%.
Perry menjelaskan, pertumbuhan ekonomi ditopang oleh masih kuatnya konsumsi rumah tangga, ditambah meningkatnya konsumsi lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga (LNPRT) menjelang Pemilu, serta tetap kuatnya investasi.
Keputusan memertahankan bunga acuan dinilai Perry sejalan dengan upaya mengendalikan defisit transaksi berjalan pada batas yang aman dan memertahankan daya tarik aset keuangan domestik. Kedua hal ini merupakan bagian dari upaya untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
Secara khusus, daya tarik aset keuangan domestik tercermin dari arus masuk dana asing ke pasar keuangan domestik. Meskipun, arus masuk juga imbas fundamental ekonomi yang baik dan berkurangnya ketidakpastian global.
Seiring masuknya dana asing, rupiah terpantau lebih stabil. Ke depan, BI memperkirakan, rupiah tetap stabil sesuai mekanisme pasar. Sementara itu, inflasi diperkirakan terkendali pada rentang target yaitu 2,5-4,5%.
Selain memertahankan bunga acuan, BI memertahankan suku bunga fasilitas simpanan (depocit facility) dan suku bunga fasilitas pinjaman (lending facility) masing-masing di level 5,25% dan 6,75%.
(Baca: Inflasi dan Rupiah Aman, Ekonom Kompak Prediksi Bunga Acuan BI Tetap)
Keputusan BI menahan bunga acuan sesuai prediksi beberapa ekonom. Ekonom yang juga panel ahli Katadata Insight Center (KIC) Damhuri Nasution mengatakan prediksi bunga acuan tetap seiring dengan inflasi yang terkendali dan rupiah yang stabil. Alhasil, tidak ada dorongan untuk kenaikan lebih lanjut bunga acuan.